Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi A DPRD Kota Depok, Imam Turidi menyoal penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) yang diberikan Kementrian Perhubungan Republik Indonesia kepada Pemerintah Kota Depok.
Imam mengatakan, penghargaan tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan khususnya di beberapa ruas jalan di Kota Depok yang saat ini masih mngalami kemacetan kronis.
“Pemkot Depok dan Kepala Dinas kerjanya jangan menyuguhkan dan bangga dengan penghargaan. Penghargaan itu sekedar mengejar selembar kertas belaka. Penghargaan yang dibutuhkan masyarakat adalah kenyamanan yang dirasakan dalam mobilitas transportasi tersambungnya koneksitas intra sentra wilayah yang lancar dan terjangkau,” ujar Imam kepada jurnaldepok.id.
Baca: Ganjar Pranowo Tegaskan Tak Berniat Ikuti Pilkada
Ia mencontohkan, Balaikota Depok sebagai sentra koneksitas yang menghubungkan dengan sub sentra kecamatan antara lain Beji, Cinere, Limo, Cimanggis, Tapos, Cipayung, Sawangan, Tapos dan seterusnya.
“Pertanyaannya saat ini sudah adakah sub terminal, trayek pelayanan, kendaraan pengumpan yang memenuhi syarat, sign road ke masing-masing sub koneksitas, pedestrian warga yang memenuhi syarat dan raficlight. Jika pertanyaan ini sudah terpenuhi maka sudah sepantasnya Depok mendapat penghargaan tersebut, tapi kalau belum tentu ini sangat janggal,” paparnya.
Lebih lanjut politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, mengelola kota bukan sekedar mengejar setumpuk kertas “ijazah penghargaan” sebagai hiasan dinding.
“Itu kuno dan outofdated alias ketinggalan jaman. Kami merasa sedih melihat leading sektor di luar komisi A yang mengedepankan penghargaan tanpa melihat kenyamanan yang dirasakan masyarakat,” ungkapnya.
Baca: Ganjar: Perlu Ada Ruang 'Check and Balances' di Pemerintahan
Sebelumnya, Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago merasa heran Depok meraih penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) oleh Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.
Dia mengatakan, penghargaan WTN yang diterima oleh Kota Depok berbanding terbalik dengan kondisi sebenarnya.
“Kita lihat sehari-hari saja masih ditemukan jalanan yang macet, angkutan transportasi yang tidak layak dan kualitasnya,” ungkapnya.