Gorontalo, Gesuri.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui disamping telah mengekspor 380 ribu ton jagung sepanjang 2018 lalu, Indonesia juga mengimpor 180 ribu ton jagung pada tahun yang sama.
Hal ini, menurut Presiden, dilakukan untuk menjaga keseimbangan agar supply dan demand itu tidak melimpah.
Baca: Nurdin Lepas Ekspor Pertanian Senilai Rp240 Miliar
“Kalau nanti suplainya melimpah, harganya jatuh, semua petani tidak akan mau menanam jagung lagi, yang selalu kita jaga itu. Sehingga, tahun kemarin ada ekspor juga 380.000 ton, impornya 180.000. Itu menjaga supply dan demand, bukan apa-apa,” kata Presiden Jokowi menjawab wartawan usai melaksanakan panen raya jagung, di Desa Botuwombatu, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Jumat (1/3).
Menurut Presiden, permintaan ekspor jagung dari luar negeri masih banyak. Hanya yang paling penting harga kita kompetitif begitu lho.
“Harga ekspor itu mesti harus kompetitif, kualitas mesti harus baik. Itu yang harus dipegang itu saja,” ujar Presiden seraya menambahkan, bahwa pasar terutama untuk pakan ternak hampir semua negara itu membutuhkan jagung sekarang ini.
Baca: Hasto: Pahami Kuliner Nusantara Agar Tak Sebar Hoaks
Namun diakui Presiden, jika untuk pupuk produksi kita masih kurang. Kadang-kadang terlalu banyak di sebuah provinsi, kurang di provinsi yang lain.
“Kita harus ngomong apa adanya seperti itu. Sehingga memang diperlukan tambahan kapasitas untuk memproduksi pupuk kita,” ucap Presiden Jokowi.