Surabaya, Gesuri.id - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan suhu udara di "Kota Pahlawan" itu mengalami penurunan dua derajat Celcius, di mana pada awal 2010 rata-rata 30-31 derajat Celcius, saat ini menjadi 28-29 derajat Celcius.
"RTH (Ruang Terbuka Hijau) ini terus ditambah, sampai suatu saat nanti, suhu Surabaya bisa mencapai 22 derajat Celcius," kata dia di Surabaya, Rabu (31/7).
Baca: Penanganan Polusi Udara, Anies Didesak Beri Langkah Konkret
Dia mengatakan Kota Surabaya saat ini semakin sejuk karena suhunya turun dua persen. Bahkan, tidak jarang kalau pagi, Surabaya berkabut.
Hal itu, lanjut dia, karena pihaknya terus menambah RTH di Kota Surabaya hingga mencapai 30 persen untuk publik.
Target itu sebagai hal yang realistis mengingat Pemkot Surabaya terus memanfaatkan lahan-lahan kosong dan sempadan sungai untuk dijadikan taman.
"Target kami memang 30 persen luas wilayah Surabaya terdiri dari RTH untuk publik, supaya terus turun suhunya," ujar dia.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya Eri Cahyadi memastikan dengan banyaknya RTH yang dibangun setiap tahun, maka secara berangsur-angsur cuaca dan suhu Surabaya semakin turun.
Sebab, kata dia, tanaman itu fungsinya memang untuk menyerap polusi, sehingga polusi udara di Surabaya bisa membaik.
"Apalagi di pinggir jalanan Surabaya, kami sudah lama meletakkan tanaman Sansevieria atau lidah mertua untuk menyerap polutan kendaraan. Ini juga membantu mengurangi polusi di Surabaya," ujar dia.
Di samping itu, kata dia, penyebab polusi itu juga selalu dikontrol dengan uji emisi yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Surabaya.
Bagi yang tidak lulus uji emisi, kata dia, maka tidak akan diberi izin. Begitu pula sebaliknya, jika memenuhi syarat di ambang batas, maka akan diperbolehkan.
Baca: Pandapotan Siap Batasi Penggunaan Kendaraan Dinas
"Jadi, setelah lulus emisi, lalu polusi yang tetap ditimbulkan itu 'discover' oleh taman-taman itu, sehingga polutannya tetap bisa dikurangi,” kata dia.
Terburuk kedua
Kualitas udara Ibu Kota DKI Jakarta, Kamis (1/8) pukul 09.00 WIB kembali menjadi nomor dua tidak sehat dibandingkan negara-negara lainnya. Tercata di angka 135 atau masih tidak sehat dengan parameter PM2.5 konsentrasi 59,1 mikrogram/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.
Berdasarkan data dari laman resmi AirVisual, kualitas udara di wilayah Jakarta hanya kalah dari Ulaanbaatar, Mongolia, yang berada di urutan pertama yaitu pada angka 155 dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 64 mikrogram/m3.
Baca: Anies Didesak Perbaiki Transportasi Massal
Jakarta mengalahkan Dhaka, Bangladesh, yang berada di posisi ketiga dengan angka 151 dengan konsentrasi parameter PM2.5 sebesar 56 mikrogram/m3.