Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Sitorus mengatakan bahwa pemulihan ekonomi akan semakin sulit tercapai bila serangan pandemi terus meningkat.
Ratusan triliun dana pemerintah yang digelontorkan untuk Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berpotensi sia-sia jika angka penderita positif Covid-19 terus mengalami trend peningkatan, demikian disampaikan legistalor dari Fraksi PDI Perjuangan melalui rilis media hari ini.
Baca: Baguna PDI Perjuangan Perkuat Program Konkrit Saat Pandemi
Sebagaimana diketahui, pemerintah mengucurkan dana lebih dari Rp. 600 triliun dalam rangka pemulihan ekonomi dan melawan pandemi. Saat ini pemerintah terus memacu penyerapan anggaran Kementrian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, termasuk stimulus ekonomi bagi korporasi, UMKM dan BUMN.
"Seluruh anggaran itu tidak akan banyak gunanya bila angka positif Covid terus meningkat dan memaksa pemerintah melakukan standar kesehatan yang ketat, termasuk perpanjangan atau penambahan wilayah yang memberlakukan PSBB," ujar Deddy.
Kalau terus bertambah jumlah penderitanya, mungkin kita harus kembali ke rumah, menerapkan kembali WFH. Dan itu berarti geliat ekonomi juga akan kembali melambat, PHK bertambah dan daya beli masyarakat juga akan semakin terpuruk. Akibatnya, program pemulihan itu akan sia-sia belaka karena sisi permintaan ekonomi akan sulit terangkat dan sisi supply pun tidak bisa bergerak. Hal ini akan membawa ekonomi kita pada jurang ekonomi yang dalam, ujar Wakil Rakyat dari Daerah Pemilihan Provinsi Kalimantan Utara tersebut.
Menurut Deddy, kenaikan tajam grafik penderita Covid-19 selama seminggu terakhir terjadi karena menurunnya tingkat kewaspadaan dan disiplin masyarakat terhadap standar kesehatan, kejenuhan psikologis dan lemahnya upaya penanganan oleh aparatur pemerintah di lapangan.
"Saya melihat bahwa sudah saatnya seluruh upaya penanganan pandemi dilakukan secara integratif, kolaboratif dan sistemik. Seluruh komponen masyarakat harus dilibatkan, dari mulai RT, dari basis komunitas terkecil. Biaya yang dikeluarkan untuk mencegah perluasan penyebaran berbasis komunitas itu lebih mudah dan murah, dibanding biaya ekonomi yang harus kita keluarkan jika terjadi resesi," kata Deddy.
"Belum lagi biaya perawatan kesehatan dan kehilangan korban jiwa akibat virus," ungkapnya.
"Saya menyadari masyarakat sudah sangat jenuh, tidak heran kawasan Puncak dan tempat wisata, bahkan tempat olah raga kemarin padat dan penuh sesak. Itu memang harus dicari jalan keluarnya, tapi yang lebih mengerikan itu adalah kemampuan bertahan para tenaga medis dan kapasitas pelayanan kesehatan kita," ungkap Deddy.
Baca: Kasus COVID-19 Terus Merangkak Naik, Ini Kata Presiden
Ingat, per 12 Juli 2020, angka penderita sudah hampir mencapai 76.000 orang positif dan 3.606 orang meninggal dunia.
"Itu kenaikan yang sangat signifikan jika dibandingkan 1 Juli lalu yang berada diangka 57.770 kasus lebih, katanya. Ini sinyal yang buruk dari sisi kesehatan dan akan berdampak kepada pemulihan ekonomi," tegas Deddy.
Karena itu Deddy berharap agar pemerintah segera mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melandaikan kurva penderita, harus ada peta jalan strategi yang disepakati dan dieksekusi bersama dari mulai tingkat pusat hingga ke daerah.
Deddy mengapresiasi Menteri Kesehatan yang memilih berkantor di Surabaya,
“itu keputusan yang tepat, pemimpin langsung berada di medan tempur”, katanya.
Deddy berharap agar BUMN juga mempercepat langkah-langkah terkait penyediaan Vaksin dan Obat serta alat rapid dan swab test.
"Kita berkejaran dengan waktu, kalau pandemi terus melaju maka ekonomi kita akan runtuh," tutupnya.