Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Selly Andriani Gantina memaparkan bahwa kemunculan radikalisme terkait erat dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi.
Selly mengungkapkan, biasanya radikalisme tumbuh subur di daerah-daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi. Dan kemiskinan yang tinggi, juga melahirkan angka perceraian yang tinggi.
Baca: Tolak Radikalisme, Penyaringan Ideologi PNS Harus Diperkuat
Hal itu dikatakan Selly dalam Rapat Kerja Komisi VIII dengan Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi dalam rangka membahas Evaluasi Program dan Anggaran Tahun 2019, Rencana Program Tahun 2020 serta Isu-isu Aktual lainnya di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (7/11).
“Sebagai contoh di daerah saya Indramayu, angka perceraian tinggi. Masalah ekonomi menjadi salah satu penyebabnya,” kata Selly.
Selly melanjutkan, apabila keluarga yang bercerai itu tak memiliki sumber penghasilan, maka mereka berikut anak-anaknya akan terjerembab dalam kemiskinan. Anak-anak korban perceraian ini akan menjadi ‘makanan empuk’ radikalisme.
Baca: Tokoh Sunda Ini Serukan Perang Terhadap Radikalisme
Selly pun mengingatkan Kemenag untuk membuat program bagi calon pasangan yang akan menikah, untuk menanggulangi tingginya angka perceraian.
“Teroris JAD (Jamaah Ansharut Daulah) beberapa waktu lalu juga ditemukan di Cirebon. Padahal Cirebon dikenal sebagai kota wali. Mengapa muncul teroris disana? Karena persoalan kemiskinan dan perceraian. Jadi Kemenag juga harus menaruh perhatian besar pada hal ini,” kata Selly.