Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi V DPR RI, Alex Indra Lukman mengatakan Komisi V akan mendalami soal tidak berfungsinya sejumlah tsunami bouy yang dimiliki pemerintah.
Selain itu, Komisi V juga menyelidiki mengapa tsunami bouy dikelola oleh BPPT dan bukan oleh BMKG.
Baca: Rendy Minta BMKG Bertanggung Jawab
"Tentu akan kita dalami mengapa alat deteksi tsunami yg mengapung di laut itu tidaK dikelola BMKG. Dari penjelasan yang kami dapat dari pers itu dikelola BPPT, itu tentu jadi pertanyaan kenapa tidak dikelola BMKG," ujar Alex di Jakarta, Senin (1/10).
Terkait dengan hal tersebut, Alex kembali menyiunggung prihal minimnya anggran yang dimiliki oleh BMKG untuk memelihara alat-alat pendekteksi becana alam.
"Memang kita menyadari anggaran yang minim untuk BMKG. Paradigma kita harus bergeser dari fokus menghadapi setelah bencana terjadi lebih baik fokus ke teknologi untuk meminimalisir korban apabila bencana terjadi," papar Alex.
Alex menyadari minimnya kesadaran masyarakat terhadap alat-alat berteknologi tinggi khususunya alat pendeteksi tsunami.
"Kesadaran masyarakat bahwa itu alat berteknologi tiggi dan berguna untuk deteksi tsunami itu kurang dipahami. Banyak kapal nelayan bersandar di sana ya macam-macamlah yamg dilakukan sehingga itu juga menjadi beban kita bahwa alat itu harganya sangat mahal dan butuh pengawasan yang sangat ketat agar bisa berfungsi dengan baik," kata politisi PDI Perjuangan ini lebih lanjut.
Baca: Demi Palu & Donggala, PDI Perjuangan Sulsel Setop Kampanye
Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa sejak tahun 2012 tsunami bouy di Indonesia tidak lagi beroperasi.
Menurutnya hal tersebut erat kaitannya dengan pendanaan. Sutopo mengatakan biasanya setiap tahun dana yang turun hampir menyentuh angga Rp 2 triliun, namun belakangan ini dana yang ada hanya Rp 700 juta.
Menanggapi hal tersebut kata Alex, Komisi V merekomendasikan untuk menaikan anggaran BMKG khususnya untuk pengelolaan alat-alat berteknologi tinggi pendeteksi bencana seperti tsunami bouy.