Ikuti Kami

Kunjungi Masjid Gunungjati Cirebon, Eko Suwanto Ingatkan Kaum Muda Perlu Belajar Sejarah Indonesia

Komisi A DPRD DIY Napak Tilas Sejarah, Terkesan Dengan Bung Karno Yang Beri Nama Masjid Gunung Jati Cirebon.

Kunjungi Masjid Gunungjati Cirebon, Eko Suwanto Ingatkan Kaum Muda Perlu Belajar Sejarah Indonesia
Ketua Komisi A DPRD DIY dari Fraksi PDI Perjuangan, Eko Suwanto.

Jakarta, Gesuri.id - Upaya pembatinan rasa cinta tanah air bisa dijalankan dengan memberikan pemahaman sejarah budaya bangsa Indonesia lewat berkunjung ke museum, situs bersejarah.

Ketua Komisi A DPRD DIY dari Fraksi PDI Perjuangan, Eko Suwanto menegaskan ada hal yang strategis dan penting dalam proses pendidikan kebangsaan yaitu meneguhkan karakter bagi semua warga termasuk kaum muda.

"Ada yang luar biasa, kalau menengok kembali apa yang dilakukan oleh Presiden Sukarno di Cirebon. Kita bisa telusuri warisan beliau, bagaimana meghadirkan Masjid Sunan Gunung Jati di Cirebon dan latar sejarah nya perlu kita gali bersama. Alhamdulillah tadi berkesempatan laksanakan shalat ashar berjamaah di Masjid Gunungjati," kata Eko.

Baca: Ganjar Pranowo Mempertanyakan Klaim Sawit Sebagai Aset Nasional

Komisi A DPRD DIY bersama awak media di Yogyakarta, dalam kegiatan kunjungan ke Cirebon menyempatkan untuk melihat sejumlah lokasi bersejarah yang memiliki kaitan dengan sinau Pancasila diberbagai daerah.

Eko Suwanto menyatakan Di Cirebon, salah satu pelajaran  yang penting adalah bagaimana pemerintah beri perhatian pada tiga hal aspek ilmu pengetahuan harus diikuti dengan riset agar naskah otentik, kedua soal pentingnya pembangunan museum, ketiga perlu dibuat film atau buku yang dipublikasikan.

"Pemda DIY ke depan penting merealisasikan kerjasama dengan banyak pihak guna realisasikan sinau Pancasila dan Wawasan kebangsaan. Di Cirebon kita lihat bagaimana kerukunan, budaya hadir dalam kehidupan masyarakat yang rukun," kata Eko Suwanto.

Jajat, ahli budaya Cirebon menjelaskan Presiden Sukarno di Cirebon pernah berdialog dengan masyarakat dan di tahun 1960 memberikan nama masjid Sunan Gunung Jati sebagai penghormatan dari hadirnya masjid yang tanahnya disumbangkan oleh Hj Siti Garmini Sarojo.

Waktu itu, pada 17 Agustus 1960 Garmini yang juga istri Sultan Hasanuddin keempat dari Keraton Kanoman, Cirebon, mewakafkan lahan sekitar 500 meter persegi itu lalu membangun sebuah masjid..

Masjid Sunan Gunung Jati Garmini, Cirebon, Jawa Barat, terletak di Jalan Kesambi, Kecamatan Kesambi, Cirebon, itu menyimpan secuil kisah yang menggambarkan sisi religiusitas Sukarno.

Dulu, lahan tempat berdirinya Masjid Sunan Gunung Jati Garmini merupakan area persawahan. Lahan itu milik seorang tokoh perempuan Cirebon yang juga aktif di Nadhlatul Ulama (NU) Cirebon.

Jajat ingatkan catatan sejarah dan budaya jangan dilupakan generasi hari ini, seiring berjalan waktu ini membuktikan bahwa perhatian sejarah, budaya dan agama dari Bung Karno.

"Jadi jangan ajari toleransi orang Cirebon, karena sudah lama kami jalankan," kata Jajat.

Baca: Ganjar Pranowo Belum Pastikan Maju Pada Pilpres 2029

Eko Suwanto menambahkan dalam sejarah nya, relasi Bung Karno dengan Islam dan budaya cukup besar. Pernah ada diskusi dengan pemimpin Soviet, kunjungan ke makam Imam Bukhari di sana.

"Kalau di Yogyakarta ada Masjid Syuhada, berdialog dengan masyarakat 1960 di Cirebon memberikan nama masjid Sunan Gunung Jati, nilai penghormatan dan perkokoh bagaimana Islam berdampingan dengan yang lain. Maka perlu ke depan Pemda DIY kembangkan museum, untuk sampaikan pendidikan kepada penerus bangsa, Bung Karno memiliki catatan sejarah besar bagi budaya dan sejarah," kata Eko Suwanto.

Umarudin Masdar, Wakil Ketua Komisi A DPRD DIY menyatakan hadirnya masjid bersejarah yang dipakai Bung Karno, seperti di Cirebon bawa pesan bersejarah.

"Bung Karno dengan nasionalisme menyatukan agama dan kebudayaan. Pak Karno selalu pakai pakaian  adat Cirebon kalau ke masjid ini, Islam bergabung dengan budaya, ditelusuri wawasan kebudayaan Indonesia digabungkan. Kita akan berkomunikasi dengan dinas Kebudayaan DIY untuk merawat, fasilitasi kaum muda agar bisa belajar sejarah,  generasi z dan milenial perlu kunjungan sejarah, selain beribadah dapat belajar sejarah juga." kata Umarudin Masdar

Quote