Sleman, Gesuri.id - Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut tiga, Mahfud MD menyinggung anomali kebenaran baru yang berkeliaran di media sosial. Pemilu ini dinilai Mahfud menjadi momen masyarakat untuk melawan kebenaran baru dan membawanya menuju kebenaran yang hakiki.
Mahfud menyinggung anomali yang sering mencampur adukan antara sesuatu yang benar dan salah.
"Saya berkali-kali katakan, ini masa penentuan bagi masa depan Indonesia. Karena sekarang ini serba anomali, anomali itu antara yang benar dan yang salah itu sering bercampur aduk," kata Mahfud dikutip, Jumat (16/2).
Anomali ini membuat masyarakat acap kali disesatkan oleh opini yang dibentuk di dalam dunia maya. Hal ini akan berdampak pada terbentuknya suatu kebenaran baru.
"Orang sering disesatkan oleh opini-opini yang dimainkan di medsos, buzzer dan sebagainya. Sehingga sekarang ini sedang terjadi apa yang disebut kebenaran baru," tandasnya.
Istilah kebenaran baru ini lanjut Mahfud merujuk pada kebenaran yang sejatinya salah namun diulang-ulang terus menerus hingga seakan-akan benar. Padahal, kebenaran tersebut sejatinya salah.
"Kebenaran baru itu adalah kebenaran yang meskipun salah kalau diulang ulang dan dimobilisasi oleh kekuatan suprastruktur dan infrastruktur politik, itu menjadi seakan-akan benar meskipun salah," lanjutnya.
Media sosial acap kali digunakan sebagai sarana pembentukan kebenaran baru tersebut. "Pokoknya setiap kesalahan yang selalu diulang-ulang pembenarannya itu akan menjadi kebenaran baru," imbuh Mahfud.
Karenanya, Pemilu tahun ini dinilai Mahfud justru menjadi upaya masyarakat untuk melawan kebenaran baru itu menuju kebenaran yang bersifat hakiki. "Oleh sebab itu menurut saya Pemilu ini harus melawan kebenaran itu menuju kebenaran-kebenaran yang hakiki. Bukan kebenaran-kebenaran baru," ujarnya.
Mahfud meyakini masyarakat telah memiliki pilihannya masing-masing. Secara tegas dirinya tidak akan mempengaruhi pilihan tersebut. Mahfud hanya bisa mempengaruhi masyarakat agar datang ke TPS. Soal siapa yang nantinya akan dicoblos, itu menjadi hak masing-masing individu.
"Bagi saya, yang penting saya akan mempengaruhi agar datang ke TPS. Soal pakunya diarahkan ke nomor berapa, itu urusan masing-masing," katanya.