Jakarta, Gesuri.id - Eva Kusuma Sundari, Juru Kampanye Nasional pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin menyebut program swasembada pangan era Suharto salah kaprah. Sebab, program swasembada pangan presiden kedua tersebut dinilai lebih banyak mudarat ketimbang manfaat.
Baca: Inovasi, Kunci Sukses Jokowi Capai Swasembada Pangan
Hal itu diungkapkannya sebagai respons dari rencana Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang ingin membawa semangat swasembada pangan zaman Suharto.
Apalagi, Eva menyebut program swasembada pangan era itu dibawah tekanan rezim otoriter Orde Baru yang represif. "Ada plusnya. Tapi, banyak minusnya karena dilakukan dibawah todongan senjata. Swasembada beras tapi tidak sustainable (berkelanjutan)," ujarnya, Selasa (20/11).
Menurut dia, swasembada pangan ketika itu diartikan secara sempit dan bersulih menjadi program 'beras-isasi.' Padahal, swasembaga pangan tak melulu soal beras dan banyak bahan pangan lain yang bisa dimanfaatkan masyarakat.
"Kan masih ada bahan pangan non beras lain, seperti jagung, ubi, dan lainnya tak masuk (program itu)," imbuh dia.
Eva menyatakan program itu lantas berdampak pada ketahanan pangan non-beras di Indonesia yang semakin memburuk karena masyarakat dipaksa untuk menanam beras.
Selain itu, ia juga menyebut kebijakan itu didanai dari utang luar negeri yang cukup besar, sehingga Pemerintah Indonesia masih harus menanggungnya sampai saat ini.
"Dalam swasembada yang menyebabkan ketahanan pangan non beras jadi ambruk karena semua lahan dan penduduk di-beraskan, sementara itu dibiayai utang yang kita yang menanggungnya berkepanjangan," katanya.
Eva mengatakan Presiden Jokowi justru telah membuat program swasembada pangan yang berkeadilan. Sebab, para petani Indonesia saat ini tak kehilangan otonomi atas lahannya untuk menanam komoditas pangan selain beras.
"Kita bikin swasembada pangan yang berkeadilan. Petani tidak kehilangan kebebasan atau otonomi mengelola sawahnya," terang dia.
Baca: Ono: Indonesia Miliki Multipotensi untuk Swasembada Pangan
Sebelumnya, Politisi Gerindra Ahmad Muzani menyatakan Suharto mampu membawa swasembada pangan bagi Indonesia pada 1984. Suharto yang juga mantan mertua Prabowo itu melakukan pembangunan secara bertahap di bidang pertanian.
Menurut Muzani, berbagai upaya yang dilakukan Suharto adalah melakukan program cetak sawah, membangun waduk di sejumlah daerah, ekstensifikasi dan intensifikasi, hingga pembangunan pabrik pupuk yang cukup besar.
"Sampai kemudian Indonesia dinyatakan swasembada pangan. Swasembada pangan itu artinya, jumlah produksi pangan yang dihasilkan oleh Indonesia telah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri," tandasnya.