Jakarta, Gesuri.id - Anggota MPR RI, Mufti Anam mengajak masyarakat terutama kalangan milenial alias anak-anak muda untuk mempelajari, menjiwai, dan kemudian menerapkan menginternalisasi nilai-nilai dalam empat pilar kebangsaan ke dalam kehidupan sehari-hari.
"Republik ini punya empat pilar kebangsaan yang luar biasa, yang menjadi modal sosial bagi bangsa untuk menghadapi berbagai tantangan zaman,” uja Mufti Anam saat menggelar sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Pasuruan, Sabtu (8/4).
Baca: Berikut 10 Fakta Menarik Pancasila
Mufti menjelaskan, empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Konsolidasi empat pilar ini pertama kali dilakukan oleh Almarhum Taufiq Kiemas saat tokoh kelahiran Sumatera itu menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 2009-2014.
Mufti mengatakan, saat ini di di masa depan, Indonesia pasti dihadapkan pada berbagai tantangan zaman yang cukup berat. Di antaranya soal intoleransi, situasi ekonomi yang belum pulih, dan sikap individualistik yang semakin marak di masyarakat.
“Dengan empat pilar kebangsaan, saya yakin kita bisa menjawab beragam tantangan bangsa,” ujar
Salah satu dari empat pilar itu, papar politisi muda itu, adalah Pancasila, ideologi bangsa, falsafah hidup, dan dasar negara, yang digali Bung Karno dari kebudayaan dan kearifan lokal bangsa Indonesia. Pancasila pertama kali dicetuskan Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945.
“Pancasila itu memang bersumber atau berasal dari rakyat Indonesia sendiri,” jelas mantan ketua HIPMI Jatim tersebut.
Baca: Karena Pancasila, Kita Harmoni dalam Keberagaman
Dari Pancasila, lanjut Mufti, kita bisa menggali nilai gotong royong yang bisa diimplementasikan dalam pemulihan ekonomi.
“Misalnya bagaimana kita bersama-sama membantu UMKM. Yang mampu, ayo beli produk UMKM dan produk dalam negeri. Itulah namanya gotong royong,” jelasnya.
Jika semua bersama-sama melaksanakan tindakan sederhana itu, papar Mufti, niscaya ekonomi rakyat akan berderap kencang.
“Sehingga pemulihan ekonomi bisa lebih cepat dilakukan,” ujar mantan aktivis Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) tersebut