Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Mufti Anam, mempertanyakan peran Bulog karena harga pokok penjualan (HPP) gabah di tingkat petani masih murah, padahal harga beras mahal.
Mufti menilai Direktur Utama PT Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, bohong karena menyampaikan harga gabah di kisaran Rp 7.000. Padahal harga gabah yang dibeli jauh lebih rendah.
Baca: Memaknai 34 Menit Ganjar Pranowo dan Najwa Shihab
“Rakyat kita menjerit, mereka bilang harga beras mahal di toko-toko, di pasar-pasar. Tapi gabah kami paling mahal Rp 5.000, apa gunanya Bulog pak? Malu kami ini di DPR. Tidak ada yang bisa kami lakukan untuk rakyat," ujar Mufti dengan nada tinggi saat rapat kerja Komisi VI DPR RI, Rabu (13/3).
Mufti juga menyinggung masa jabatan Bayu sebagai Dirut Bulog yang masih 3 bulan setelah menggantikan posisi Dirut Bulog sebelumnya Budi Waseso atau Buwas.
"Sekarang kami tanya harga gabah bisa benar-benar bapak beli minimal sesuai apa yang kita katakan,” sambungnya.
Mufti menjelaskan rakyat kelas menengah juga mengeluh dengan tingginya harga beras. Harga beras saat ini telah menembus rekor tertinggi yang naik 35 persen dari harga yang ditetapkan. Rilis BPS mencatat, harga beras bahkan mencatat rekor tertinggi pada Februari lalu. Meski pemerintah mengeklaim harganya kini berangsur turun.
Baca: Dukung Ganjar-Mahfud Team Relawan Siber Sapa Warga Malang
Dia mencermati banyak masyarakat menimbun beras karena ada kelangkaan. Mereka tidak ingin mengkonsumsi beras Bulog, melainkan beras yang memiliki merek yang berada di ritel modern.
“Kalau bapak (Bayu Krisnamurthi) yang katakan bohong, bapak katakan tidak sesuai apa yang disampaikan dengan di kenyataan, maka akan dicatat dengan sejarah apa yang kita lakukan hari ini,” terangnya.