Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi XI DPR RI H Musthofa yang juga salah satu pencetus Tradisi Sewu Kupat di Kudus, menyampaikan apresiasi dan rasa haru atas tetap lestarinya tradisi kupatan yang digagas sejak tahun 2007 silam bersama pemangku kebijakan di Desa Colo.
“Alhamdulillah, hari ini kita semua menyaksikan parade sewu kupat Kanjeng Sunan Muria, dari 2007 hingga hari ini. Saya bersyukur karena para pemangku kebijakan bersatu untuk melaksanakan tradisi ini dengan penuh komitmen,” ujar Musthofa, dikutip Minggu (13/4).
Parade Sewu Kupat di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kudus kembali digelar dengan nuansa sakral dan kemeriahan pada Senin, 7 April 2025. Ribuan masyarakat memadati Taman Ria Colo, yang menjadi lokasi finish kirab tersebut.
Ia juga menyampaikan pesan khusus kepada Bupati dan Wakil Bupati Kudus, agar tradisi ini tetap dilaksanakan karena selain sebagai warisan budaya, tradisi ini juga memiliki nilai spiritual yang penting bagi masyarakat.
“Saya titipkan kepada Bupati, bahwa tradisi ini harus tetap dijalankan, karena harapan kita adalah berkah dari Sunan Muria dan ridho Allah,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Musthofa juga merasa bangga dan terharu atas keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah Kudus untuk mencatatkan tradisi Sewu Kupat ke dalam rekor MURI.
Menurutnya, ini bukan hanya sekadar pencapaian angka, tetapi juga sebuah bentuk tawadhu’ dan rasa hormat kepada para sepuh dan leluhur.
“Ini adalah wujud rasa hormat kita kepada Sunan Muria dan para sepuh. Saya berdoa agar orang-orang baik yang berkontribusi dalam tradisi ini akan mendapatkan berkah yang besar,” tutur Musthofa.
Dengan pelaksanaan yang konsisten dan antusiasme yang tinggi dari masyarakat, Musthofa percaya bahwa Sewu Kupat bukan hanya menjadi sebuah acara besar, tetapi juga sebagai sebuah refleksi dari ketulusan dan keikhlasan hati warga Kudus.
Musthofa menekankan bahwa Sewu Kupat adalah simbol kekuatan religiusitas dan etika baik masyarakat Kudus, yang juga mencerminkan kesantunan umat dan generasi penerus yang memiliki sikap yang baik.
“Tradisi ini tidak hanya tentang merayakan hari raya, tetapi juga tentang mengajarkan kita semua untuk saling memberi maaf, menghormati satu sama lain, dan meneruskan nilai-nilai kebaikan bagi generasi yang akan datang,” ujar Musthofa.
Sebagai penutup, Musthofa berharap agar Sewu Kupat menjadi landasan bagi masyarakat Kudus untuk terus menjaga nilai-nilai luhur dan menjadikan kota Kudus sebagai kota yang lebih baik, religius, dan penuh keberkahan.
Sumber: zonanews.id