Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayanti menyebut kepergian Paus Fransiskus merupakan kehilangan besar bagi dunia, khususnya terhadap sosok pemimpin yang konsisten memperjuangkan perdamaian, keadilan sosial, dan nilai-nilai kemanusiaan.
“Berpulangnya Bapa Suci, Paus Fransiskus, membawa duka yang mendalam tak hanya bagi umat katolik, namun juga seluruh masyarakat secara umum karena dunia kehilangan sosok pemimpin yang penuh kasih, rendah hati, dan menjadi simbol harapan bagi umat manusia,” kata Esti, Selasa (22/4).
"Ajaran hidup sederhana yang beliau contohkan semoga bisa menjadi teladan bagi kami umat Katolik. Teladan untuk peduli kepada yang miskin dan papa, menjadi energi kemanusiaan yang harus kita lakukan dalam kehidupan sosial," lanjut Legislator yang juga beragama Katolik itu.
Esti mengatakan Paus Fransiskus semasa hidupnya dikenal luas sebagai tokoh lintas batas yang menjangkau dunia melalui pesan kesederhanaan, kasih universal, dan keberpihakan terhadap kaum kecil.
Bahkan dalam kunjungannya ke Indonesia pada Semptember 2024 lalu, Paus Fransiskus menunjukkan semangat solidaritas dan persaudaraan. Sosok kharismatik Paus Fransiskus membuatnya banyak dikagumi masyarakat Indonesia.
Baca: Ganjar Tegaskan Banyak Kader Banteng Inginkan Megawati
“Kalau kita ingat kita waktu kedatangan Paus ke Indonesia, masyarakat kita menyambut hangat kedatangan beliau bahkan sejak awal kedatangannya. Kalau ingat momen tersebut, saya masih merasa sangat terharu,” ungkap Esti.
Saat Paus Fransiskus datang ke Jakarta, masyarakat antusias menyambutnya. Bahkan banyak warga berdiri rapi melambaikan tangan ke mobil yang membawa Paus Fransiskus, termasuk warga umat muslim maupun yang beragama lainnya.
Selain kegiatan agama katolik, Paus Fransiskus kala itu pun melakukan sejumlah kegiatan dialog selama masa kunjungannya di Jakarta. Salah satunya berdialog bersama tokoh lintas agama di Masjid Istiqlal. Dialog antar-agama tersebut meneguhkan komitmen merawat toleransi dan menjaga keragaman.
Di Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus juga mengunjungi terowongan silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral Jakarta. Paus Fransiskus memberkati terowongan itu dan mengatakan terowongan silaturahmi merupakan simbol memperkuat persaudaraan.
Esti menyebut, Paus Fransiskus selalu menebar ajaran kasih dan persaudaraan dalam setiap kehadirannya.
“Kunjungan Bapa Suci ke Indonesia menyinarkan rasa persaudaran antar-umat beragama. Mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik kepada siapapun,” ujar Legislator dari Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut.
Saat Paus Fransiskus mengunjungi Masjid Istiqlal juga terdapat momen legendaris di mana pemimpin Takhta Suci Vatikan tersebut mencium tangan Menag Nasaruddin Umar yang ketika itu menyambutnya sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal. Ciuman tangan Paus Fransiskus dibalas dengan pelukan dan kecup kening dari Nasaruddin Umar.
“Sri Paus meninggalkan pesan dan kesan mendalam tentang arti sebuah kasih persaudaraan dan perdamaian yang selalu beliau sampaikan untuk dunia,” sebut Esti.
Dalam kunjungan apostoliknya ke Indonesia tahun lalu, Paus Fransiskus juga sempat melakukan pertemuan dengan Scholas Occurrentes Indonesia di Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, Jakarta.
Scholas Occurrentes Indonesia merupakan bagian dari Scholas Occurrentes atau Gerakan Pendidikan Kepemudaan Global yang didirikan oleh Paus Fransiskus sejak tahun 2013 di Argentina. Gerakan pemuda untuk pendidikan ini didirikan berdasarkan warisan budaya dan pendidikan Paus Fransiskus.
Esti mengatakan, Paus Fransiskus memang memiliki perhatian besar terhadap anak muda dan masa depan pendidikan.
“Paus Fransiskus bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga guru kehidupan. Dalam kunjungannya ke Indonesia, beliau menunjukkan perhatian luar biasa terhadap masa depan generasi muda,” ucapnya.
Adapun Scholas Occurrentes adalah sebuah gerakan pendidikan global yang telah dirintis oleh Paus Fransiskus di tahun 2001 saat menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires. Ini kemudian diluncurkan kembali secara global pada tahun 2013 dan berkantor pusat di Roma. Adapun, semboyan Scholas Occurrentes adalah "Towards an Education Without Borders".
Sejak dibentuk, Scholas Occurrentes berkeliling dunia untuk mendengarkan kaum muda dan memulai dari mereka untuk mewujudkan jalan transformasi nyata menuju masalah spesifik dari realitas mereka. Gerakan ini berperan untuk mencerdaskan anak-anak muda melalui pendidikan yang inovatif dan membebaskan serta memupuk toleransi sejak usia dini.
Hingga kini, Scholas Occurrentes tercatat sudah ada di sekitar 70 negara di lima benua di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Anggotanya pun masyarakat lintas agama.
Terkait hal ini, Paus Fransiskus sebelum tiada telah meminta Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputi sebagai Chairperson of Advisory Board atau Dewan Penasihat Scholas Occurrentes untuk Asia. Sebagai Dewan Penasihat, Megawati diharapkan mendukung rencana pembukaan Kantor Perwakilan Scholas di Indonesia untuk kegiatan operasional di Indonesia dan Asia.
Esti berharap perjuangan hidup Paus Fransiskus di dunia pendidikan dan pemberdayaan pemuda dapat terus dilanjutkan.
“Komitmen Bapa Suci terhadap pendidikan dan pemberdayaan pemuda adalah warisan moral yang tak ternilai dan harus terus kita lanjutkan," ungkapnya.
Inisiatif Paus Fransiskus membuat Global Compact on Education atau gerakan pendidikan global itu bertujuan untuk menyerukan kolaborasi global demi membentuk generasi muda yang berjiwa kepemimpinan, penuh kasih, dan siap menjaga perdamaian dunia. Esti berharap semangat Paus Fransiskus di dunia pendidikan dan pemberdayaan muda tidak padam sepeninggalan beliau.
“Meskipun Bapa Suci Paus Fransiskus telah tiada, semangat beliau dalam memajukan dunia pendidikan dan kepemudaan harus bisa terus menyala. Ini menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama,” tuturnya.
Baca: Ganjar Pranowo Belum Pastikan Maju Pada Pilpres 2029
Sebagai pimpinan Komisi di DPR yang membidangi urusan pendidikan dan kepemudaan, Esti menekankan pentingnya menjadikan semangat Paus Fransiskus sebagai fondasi dalam merancang kebijakan pendidikan nasional yang lebih inklusif, humanis, dan berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan.
"Paus Fransiskus meyakini bahwa pendidikan adalah alat paling kuat untuk mentransformasi dunia. Tentunya ini juga menjadi tanggung jawab moral Komisi X DPR untuk meneruskan semangat beliau dalam membangun generasi muda yang kritis, berbelas kasih, dan berjiwa kepemimpinan," paparnya.
Selain pendidikan dan dialog antaragama, Paus Fransiskus juga dikenal karena komitmennya terhadap perlindungan hak anak. Salah satu warisan terbesarnya adalah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Global tentang Hak Anak yang belum lama ini digelar di Vatikan. Kegiatan itu juga dihadiri oleh Ketua DPR RI Puan Maharani serta Megawati Soekarnoputri.
Esti mengatakan, keberpihakan Paus terhadap masa depan generasi muda harus menjadi modal perjuangan bagi semua elemen dunia. Ia mengatakan langlah-langkah kemanusiaan Paus Fransiskus akan terus dikenang.
“Selamat jalan, Bapa Suci Paus Fransiskus. Dunia kehilangan pemimpin besar, namun cahaya perjuanganmu akan terus menyala dalam gerakan pendidikan, dalam suara anak-anak dan kaum muda yang engkau cintai, serta dalam langkah-langkah kecil melawan ketidakadilan,” pungkas Esti.