Ikuti Kami

MY Esti Tekankan Pentingnya Revitalisasi Nilai-nilai Dasa Kehidupan Berbangsa

MY Esti menekankan bahwa DIY memiliki peran strategis dalam merawat nilai-nilai kebangsaan.

MY Esti Tekankan Pentingnya Revitalisasi Nilai-nilai Dasa Kehidupan Berbangsa
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati.

Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, MY Esti Wijayati, menegaskan pentingnya revitalisasi nilai-nilai dasar kehidupan berbangsa.

Melalui kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang digelar di Joglo Cemoro Godean Sleman, MY Esti menyuarakan seruan kebangsaan bertema “Membangun Solidaritas Kebangsaan dan Kemanusiaan Melalui Pendidikan Karakter Menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam suasana akrab yang dibingkai semangat edukatif dan partisipatif, acara ini menghadirkan ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, pendidik, tokoh masyarakat, komunitas pesantren, hingga kelompok disabilitas.

Kegiatan ini menjadi wujud nyata bahwa sosialisasi Empat Pilar -- Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika -- bukan sekadar agenda formalitas, melainkan bentuk tanggung jawab moral untuk membangun karakter bangsa yang tangguh dan inklusif.

Baca: Ganjar Ingatkan Presiden Prabowo Untuk Berhati-hati

Sebagai putri daerah dari Daerah Istimewa Yogyakarta, MY Esti menekankan bahwa DIY memiliki peran strategis dalam merawat nilai-nilai kebangsaan.

Kearifan lokal

“Yogyakarta adalah jantung budaya dan pendidikan Indonesia. Kearifan lokal seperti Hamemayu Hayuning Bawana dan Tata Tentrem Kerta Raharja harus kita aktualisasikan untuk menjawab tantangan zaman,” tegasnya.

Namun demikian, tantangan besar tak bisa diabaikan. Krisis identitas di kalangan muda akibat dominasi budaya konsumerisme, meningkatnya intoleransi, serta ketimpangan akses pendidikan antara kota dan desa.

Menurut MY Esti, pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila harus menjadi fondasi pembangunan manusia Indonesia menuju 2045.

Menjelang satu abad kemerdekaan Republik Indonesia, Indonesia dihadapkan pada pertanyaan fundamental siapa yang akan memimpin negeri ini di masa depan? “Kalau bukan generasi muda yang berkarakter, berintegritas, dan mencintai keberagaman, siapa lagi?” ujar MY Esti.

Dia menambahkan pendidikan karakter harus dimulai dari keluarga sebagai fondasi utama, diperkuat di sekolah dan kampus sebagai ruang dialog kritis, lalu diwujudkan di masyarakat melalui aksi nyata.

Ekosistem pendidikan

Dengan dukungan ekosistem pendidikan yang kuat di DIY terdiri dari universitas, pesantren dan komunitas adat, MY Esti optimistis nilai-nilai Empat Pilar dapat diintegrasikan ke dalam pendidikan formal dan nonformal.

Diskusi dalam kegiatan ini berlangsung dinamis. Sejumlah mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu mengajukan pertanyaan kritis, menunjukkan tingginya partisipasi publik dan kualitas intelektual peserta.

Seorang mahasiswa hukum tata negara mengangkat kekhawatiran soal politisasi program sosialisasi. MY Esti menanggapi lugas. “Kami menerapkan mekanisme transparansi dan akuntabilitas dalam setiap kegiatan. Ini bukan kampanye politik, melainkan misi kebangsaan. Bahkan, kami libatkan lembaga independen dan publik dalam evaluasi,” katanya.

Mahasiswa sosiologi pendidikan menyoroti ketimpangan struktural. Menurut MY Esti, pendidikan karakter tidak berdiri sendiri, melainkan bagian dari pembangunan menyeluruh. “Kami dorong beasiswa, pembangunan infrastruktur digital, dan pemerataan akses sebagai prasyarat lahirnya generasi Pancasilais,” kata dia.

Sementara itu, mahasiswa ilmu komunikasi menyoal risiko komodifikasi Pancasila di media sosial. MY Esti menjawab, “Konten kebangsaan tak boleh hanya viral, tapi harus bermakna. Karena itu, kami kurasi dan evaluasi setiap konten agar tetap substansial dan tidak dangkal secara ideologis.”

Dialogis

Mahasiswa pendidikan bahasa Indonesia mempertanyakan pendekatan pembelajaran. MY Esti menjelaskan, “Kami gunakan pendekatan partisipatif, seperti debat etika, simulasi kebijakan, dan proyek sosial. Sosialisasi tidak boleh bersifat indoktrinatif, tapi dialogis.”

Dari sisi teknologi, mahasiswa sistem informasi mengkritisi kesenjangan digital. MY Esti menekankan pentingnya strategi hybrid. Selain gamifikasi dan aplikasi, kami juga lakukan roadshow offline ke desa-desa. Prinsip kami: tidak boleh ada yang tertinggal dalam pendidikan karakter.

Sosialisasi kali ini dirancang dengan format inovatif dan inklusif. Dari pergelaran wayang kulit bertema Pancasila, workshop menulis geguritan tentang Bhinneka Tunggal Ika, hingga penggunaan augmented reality untuk visualisasi sejarah perjuangan, semuanya bertujuan menyentuh kalangan muda dengan bahasa mereka sendiri.

Event ini juga mengadopsi pendekatan co-creation, di mana peserta dilibatkan sebagai pencipta konten kebangsaan melalui lomba desain di media sosial. “Kita tidak bisa mendidik Gen Z dengan cara-cara lama. Mereka harus merasa memiliki narasi kebangsaan,” kata MY Esti.

Baca: Ganjar Pranowo Belum Pastikan Maju Pada Pilpres 2029

Simulasi kebijakan berbasis Pancasila dan aksi sosial seperti renovasi perpustakaan desa juga menjadi bagian penting kegiatan. Para peserta tidak hanya mendengar teori, tetapi juga langsung mempraktikkan nilai gotong royong, toleransi, dan solidaritas.

Jangka panjang

Tak berhenti di hari pelaksanaan, MY Esti memastikan kegiatan ini memiliki tindak lanjut konkret. Platform digital disiapkan untuk memantau proyek sosial peserta, sementara indikator kualitatif seperti peningkatan aktivitas sosial dan pengurangan kasus perundungan menjadi bagian evaluasi dampak jangka panjang.

Tak lupa, MY Esti mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan sosialisasi Empat Pilar sebagai gerakan kolektif. “Ini bukan milik MPR RI saja, ini milik kita semua. Kita butuh solidaritas dan kemanusiaan yang berpijak pada karakter bangsa,” ujarnya.

Dia menegaskan, Indonesia Emas 2045 hanya akan terwujud jika Empat Pilar tidak sekadar dihafal, tetapi dihidupi. “Pancasila bukan dokumen mati, harus menjadi napas dalam perilaku kita sehari-hari,” katanya.
Mengutip Ki Hajar Dewantara, Esti menutup dengan pesan penuh makna Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. “Mari kita bersama menjadi teladan, penggerak, dan penyemangat generasi masa depan. Indonesia ada di tangan mereka, dan karakter adalah fondasinya," kata dia.

Quote