Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Ono Surono mendorong pemerintah memberikan solusi di tengah tingginya harga beras dipasaran.
Menurut Ono, masih ada sumber karbohidrat alternatif yang bisa dimanfaatkan untuk pangan pengganti beras.
“Jangan selalu berpikir gandum, yang komoditasnya tidak ada disini. Tapi manfaatkan yang lain, ada porang, pisang, talas, dan ubi. Sehingga tidak selalu berpikir beras satu – satunya sumber karbohidrat,” kata Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat ini.
Baca: Mindo Dukung Inovasi Dalam Memacu Produktivitas Pertanian
Ono mengatakan tingginya harga beras saat ini disebabkan karena adanya kesalahan data yang disampaikan Kementan.
Sehingga berakibat ketidaksesuaian pada ketersediaan beras yang ada.
“Ini masalah utamanya. Karena kesalahan data kebijakannya jadi salah. Data yang diberikan Kementan selalu “ubinan” tidak rinci. Sehingga ketika ditanya ketersediaan beras seperti apa, jawabannya selalu cukup. Tapi kenyataannya tidak, beras sulit ditemukan, dan akhirnya harganya mahal. Ini juga yang memaksa pemerintah akhirnya impor beras,” jelasnya.
Padahal, kata Ono, pemerintah memiliki stok beras Bulog yang harganya terjangkau, dan tentunya tidak perlu untuk Impor.
“Ini lagi-lagi karena datanya tidak jelas, berimbas pada kebijakan yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Seharusnya permasalahan data ini diperbaki,” tegasnya.
Sementara itu, untuk solusi jangan pendek yang saat ini tengah dilakukan dalam mengatasi beras mahal, adalah operasi pasar.
Baca: DPR Apresiasi Langkah Pemerintah Hadapi Masa Panen Raya
“Ya, pemerintah pusat dan daerah, melalui TPID saat ini gencar melakukan operasi pasar. Mudah- mudahan sementara dapat membantu pemenuhan kebutuhan beras,” pungkas Ono.
Harga beras di Jawa Barat saat ini berada di atas harga eceran tertinggi (HET) terlebih menjelang bulan Ramadhan.
HET beras premium yaitu sebesar Rp 12.800 per kilogram dan beras medium Rp 9.450 per kilogram.