Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua DPRD Jabar, Ono Surono mengatakan, upaya penanganan banjir rob di pantai utara telah diajukan sejak ia menjabat anggota DPR RI dengan meminta pembangunan breakwater (pemecah gelombang) melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Ono juga mengungkapkan, upaya relokasi warga di pesisir Desa Eretan Kulon juga sudah pernah dilakukan Kementerian Sosial. Namun, masih banyak warga yang menolak pindah dari wilayah yang rentan terhadap banjir rob.
Baca: Ganjar Pranowo Hadirkan Pendekatan Yang Berbeda ke Masyarakat
"Saya sebagai wakil rakyat di DPRD Provinsi akan memberikan masukan dalam rancangan pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Jawa Barat agar ada solusi untuk menangani permasalahan di pesisir pantai utara Jawa Barat," ujar legislator PDI Perjuangan Dapil Jabar XII tersebut, Rabu, 29 Januari 2025.
Ketua DPD PDI Perjuangan Jabar tersebut mengakui, banjir rob, abrasi, dan penurunan tanah di kawasan Pantura merupakan fenomena alam yang tidak bisa dihindari. Karena itu, ia menekankan pentingnya mitigasi bencana yang harus dilakukan pemerintah pusat dan daerah secara komprehensif.
"Saya akan membahas permasalahan banjir rob di Desa Eretan Kulon bersama Pemprov Jabar sehingga dampaknya bagi masyarakat dapat diminimalisir," tegasnya.
Diketahui, banjir rob menerjang Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Air pasang yang menghantam tanggul mengakibatkan ratusan rumah terendam, bahkan sedikitnya lima rumah mengalami kerusakan parah.
Akibat bencana tersbeut, sejumlah warga terpaksa mengungsi ke rumah kerabat atau tetangga yang tidak terdampak.
Sajidin (55), warga setempat, menuturkan bahwa air mulai masuk ke permukiman sejak pukul 06.00 WIB dan hingga siang hari belum surut.
Baca: Ganjar Pranowo Berkomitmen Hadirkan Pemerataan Pembangunan
"Ini air dari jam 06.00 WIB sampai sekarang belum surut. Air pasang terus, tanggulnya jebol kena ombak, jadi aja banjir," kata Sajidin, Rabu.
Ia juga menyebutkan, banjir rob kali ini merupakan yang pertama dan terparah di tahun 2025, dengan ketinggian air mencapai 40 sentimeter. Banyak rumah warga mengalami kerusakan akibat terjangan air pasang.
"Ini banjir pertama di tahun 2025, dan ini yang terparah. Rumah-rumah pada hancur, rumah saya juga hancur. Kita pada ngungsi ke rumah sanak saudara atau tetangga yang gak kena banjir," tutupnya.