Ikuti Kami

Ono Tegaskan Bulan Juni Miliki Arti Besar Bagi Indonesia

Bulan Juni adalah bulan-nya Bung Karno sang patriot putra utama yang dilahirkan di bumi pertiwi.

Ono Tegaskan Bulan Juni Miliki Arti Besar Bagi Indonesia
Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono.

Bandung, Gesuri.id - Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono menegaskan Juni adalah bulan yang memiliki arti besar bagi Bangsa Indonesia.

"Di bulan Juni, lahir seorang pejuang besar yang namanya menggetarkan langit-langit kaum penjajah dan membuat sulit tidur para penjajah itu. Bukan hanya di Indonesia saja nama ini mengetarkan, bahkan sampai Asia-Afrika, nama pejuang besar ini dikenal dan menginspirasi banyak negara jajahan memerdekakan diri," kata Ono, Rabu (1/6).

"Bulan Juni adalah bulan-nya Bung Karno sang patriot putra utama yang dilahirkan di bumi pertiwi ini," ucapnya lagi.

Baca: Puluhan Kader Banteng Bitung Terima SK di Hari Pancasila

Selain itu, lanjut Ono, pada bulan Juni pula Indonesia kembali diingatkan akan sebuah peristiwa yang memiliki pengaruh besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, yaitu pidato Ir. Soekarno yang disampaikan di hadapan sidang BPUPK pada tanggal 1 juni 1945.

"Dalam pidato tersebutlah pertama kali publik secara luas mengenal kata Pancasila setelah sebelumnya kata ini mungkin hanya dikenal dikalangan terbatas, yaitu peminat budaya dan sejarah," tegas Ono yang juga anggota Komisi IV DPR RI.

"Dari situ lah, tanggal 1 Juni kemudian ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila, dan ini merupakan langkah visioner pemerintah, tentunya layak kita berikan apresiasi setinggi-tingginya," kata Ono.

"Dengan begitu generasi muda saat ini mengetahui atau bahkan sebagian dari mereka tertarik menggali Pancasila lebih komprehensif, sekali lagi layak kita berikan apresiasi langkah tersebut," imbuhnya.

Ono menambahkan, Diskursus Pancasila pun semakin meluas, Pancasila tidak lagi menjadi sekedar sesuatu yang harus dipelajari sejak sekolah dasar, namun hanya kulitnya.

"Atau Pancasila hanya sekedar bahan hafalan dari sila kesatu sampai kelima, tanpa tahu maknanya," kata Ono.

Indonesia merupakan Negara demokrasi yang berdasarkan hukum. Undang-Undang Dasar kita telah juga memasukkan Pancasila sebagai dasar filosofis nya. Akan tetapi 'jauh panggang dari api', Pancasila sebagai landasan filosofis masih sebatas di ranah akademik, dalam praktek penyusunan perundang-undangan di Indonesia tidak sungguh-sungguh menjadikan Pancasila sebagai landasan filosofisnya," papar Ono.

Baca: Bang Dhin: Pancasila Relevan di Kehidupan Berbangsa & Negara

Hal tersebut, menurutnya, menjadi pekerjaan rumah dalam kerangka terus berupaya mengejewantahkan Pancasila menjadi benar-benar hidup dan menjadi nafas geraknya penyelenggaraan pemerintahan dan negara.

Ono juga menambahkan, perkembangan sosial di Indonesia menunjukkan telah terjadi polarisasi yang cukup tajam, kelompok Pro Pancasila yang selama orde baru tiarap, tampaknya belum memperlihatkan gerak yang maksimal dalam mengejewantahkan Pancasila.

Pancasila, tegasnya, tidak boleh lagi menjadi jargon saja, Pancasila tak boleh lagi hanya menjadi syarat formal tanpa nilai, Pancasila harus didorong benar-benar menjadi nafas setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah di semua tingkatan, dan menjadi nafas penyelenggaraan negara.

Quote