Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah mengatakan bentang sejarah menjadi saksi bahwa pers nasional berperan sebagai sarana pemersatu bangsa dan memiliki andil besar dalam usaha merebut kemerdekaan Indonesia.
Bahkan, papar Basarah, Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno adalah seorang wartawan handal.
Baca: Kata Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya Soal Peran Pers
"Pada masa revolusi, pers tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi saja. Kalangan terpelajar melalui tulisannya menjadikan pers sebagai medium mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah Kolonial Belanda yang menyengsarakan rakyat. Di dalam surat kabar itu jugalah mereka menuliskan tentang bagaimana terjajahnya Indonesia selama berabad-abad," kata Basarah di Jakarta beberá waktu lalu.
Dilanjutkan Basarah, hampir bisa dipastikan bahwa tokoh-tokoh pergerakan bangsa di awal abad 20 berlatar belakang jurnalis. Sebagai contoh Tirto Adhi Soerjo, Ki Hajar Dewantara, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, Haji Agus Salim hingga Bung Karno.
Bung Karno misalnya sejak usia muda telah menuangkan pikirannya di surat kabar. Ketika indekos di Surabaya, Bung Karno dengan nama samaran Bima rutin menulis di surat kabar Oetoesan Hindia yang dikelola Tjokroaminoto.
Ketika di Bandung, Bung Karno bersama rekan-rekan seperjuangan mendirikan surat kabar: Soeloeh Moeda Indonesia, Persatoean Indonesia dan Fikiran Ra'yat. Bahkan ketika diasingkan Belanda di Ende dan Bengkulu, Bung Karno menjadi kontributor tetap surat kabar Pandji Islam dan Pemandangan.
"Pesan yang disampaikan tetap sama, seruan persatuan bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi kolonial Belanda dan menyongsong kemerdekaan Indonesia," jelas legislator asal daerah pemilihan Malang Raya tersebut.
Peran pers nasional sebagai media pemersatu bangsa juga terlihat jelas dalam Kongres Pemuda II tahun 1928 yang lazim dikenal dengan sebutan sumpah pemuda. Adalah media Sin Po edisi mingguan pada 10 November tahun 1928 sebagai media pertama yang memuat syair Indonesia Raya beserta partiturnya.
"Sumpah Pemuda di tahun 1928 yang kemudian melahirkan proklamasi tahun 1945 merupakan penggalan sejarah fenomenal perjalanan bangsa Indonesia. Pemuda telah membuktikan bahwa perbedaan dapat disatukan sebagai wujud nyata Bhinneka Tunggal Ika. Peristiwa bersejarah di tahun 1928 itulah yang diabadikan oleh Pers Nasional. Inilah peran pers sebagai sarana merajut dan memperkokoh Persatuan Bangsa," kata Basarah.
Baca: Selamat Hari Pers Nasional 9 Februari 2020
Politisi PDI Perjuangan, kembali mengingatkan peran strategis pers. Bahwa kemerdekaan berpendapat, berekspresi merupakan hak asasi manusia yang dijamin konstitusi. Begitu juga dengan kemerdekaan pers sebagai wujud nyata daulat rakyat yang berpegang teguh pada prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum.
"Sebagai penopang utama pilar demokrasi, maka pers tetap harus berpegang teguh pada ketentuan regulasi yang ada. Produk berita wartawan yang dihasilkan harus akurat, berimbang dan independen. Pers harus berada di garda terdepan menangkal berita hoax dan memberikan pendidikan kepada khalayak. Pers yang cerdas akan menghasilkan masyarakat yang maju, inklusif dan modern," tandas Basarah.