Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Ferdinand Hutahaean mengritik rencana Presiden Prabowo Subianto untuk membangun kilang minyak berkapasitas 500 ribu barel per hari dengan modal dari Danantara.
Ia mempertanyakan kelayakan proyek tersebut, mengingat proyek kilang Tuban yang lebih kecil pun hingga kini belum jelas kelanjutannya.
"Aku mau tertawa tapi takut dicari," ujar Ferdinand di X @ferdinand_mpu (6/3/2025).
Dikatakan Ferdinand, proyek kilang Tuban yang dirancang memiliki kapasitas 300 ribu barel per hari dengan biaya sekitar Rp250 triliun saja hingga kini masih belum terealisasi.
"Kilang Tuban yang biayanya sekitar 250 T saja tak jelas sampai sekarang, itu kapasitas 300 Ribu Barel per hari," cetusnya.
Ia pun heran dengan rencana pembangunan kilang yang lebih besar, yang diperkirakan bisa menelan biaya hingga Rp400 triliun.
"Lantas mau bangun kapasitas 500 Ribu Barel per hari yang nilainya bisa mencapai 400 T?," tandasnya.
Ferdinand mempertanyakan sumber pendanaan dan kesiapan pemerintah dalam merealisasikan proyek tersebut.
Pasalnya, proyek pembangunan kilang minyak di Indonesia selama ini sering mengalami kendala, mulai dari pendanaan hingga regulasi.
Sebelumnya, Prabowo Subianto berencana membangun kilang minyak berskala besar yang akan dibiayai oleh Danantara.
Rencana ini diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pada Senin (3/3/2025).
Menurut Bahlil, proyek ini merupakan bagian dari inisiatif besar pemerintah dalam sektor strategis, termasuk minyak dan gas, pertambangan, pertanian, hingga kelautan.
Ia menjelaskan bahwa tahap awal hilirisasi telah ditetapkan dengan target investasi mencapai USD 618 miliar.
Dari jumlah tersebut, sekitar USD 40 miliar akan dialokasikan untuk 21 proyek prioritas di tahun 2025.
Salah satu proyek utama yang akan direalisasikan adalah pembangunan fasilitas penyimpanan minyak di Pulau Nipah, yang ditargetkan untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
Penyimpanan ini dirancang agar dapat memenuhi kebutuhan energi dalam negeri secara lebih optimal.
Selain itu, pemerintah juga berencana membangun kilang minyak atau refinery dengan kapasitas produksi mencapai 500 ribu barel per hari.
Bahlil menyatakan bahwa proyek ini akan menjadi fasilitas pengolahan minyak terbesar di Indonesia dan bertujuan untuk menstabilkan pasokan energi serta mengurangi ketergantungan pada impor.
"Kita juga akan membangun refinery (kilang minyak) yang Insya Allah kapasitasnya kurang lebih sekitar 500 ribu barel. Ini salah satu yang terbesar nantinya, ini dalam rangka mendorong agar ketahanan energi kita betul-betul lebih baik," kata Bahlil dalam keterangannya di Istana Negara, Jakarta.
Pembangunan kilang ini diharapkan dapat menjadi langkah strategis dalam mencapai swasembada energi dan mengurangi dampak fluktuasi harga minyak dunia terhadap perekonomian nasional.
Sumber: fajar.co.id