Jakarta, Gesuri.id - Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama buka suara dengan flashback munculnya pro-kontra ketika ada kebijakan menghapus Premium, manakala polusi udara di Jabodetabek menjadi sorotan belakangan karena dianggap sudah kotor. Salah satu penyumbang polusi terbesar diduga berasal dari emisi buang kendaraan.
Baca: Elektoral PDI Perjuangan Melesat Naik Dua Kali dari Gerindra
"Sebetulnya dulu kita cabut Premium lu pada teriak, itu Premium jelas kotor kan, Pertalite juga nggak sesuai," ujar Ahok di GIIAS, dikutip Jumat (18/8).
"Makanya saya bilang sama Pertamina, kita punya Pertashop begitu banyak, kenapa inflasi itu tinggi di rumah tangga, terutama di energi rumah tangga dan transport, selain ada avtur, kita sudah bisa bikin bioavtur, Pertamina sudah bisa bikin 100 persen," katanya.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia resmi menghentikan peredaran bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium resmi mulai 1 Januari 2023.
Kondisi serupa juga mengarah ke Pertalite di mana masyarakat cenderung lebih menyukai BBM jenis ini karena harganya yang lebih murah lantaran mendapatkan subsidi. Namun, banyak pihak yang memainkan harga sehingga harga yang harus dibayar masyarakat menjadi lebih mahal.
Baca; Polusi Udara Buruk, Puan Minta Percepat Modifikasi Cuaca di Jabodetabek
"Yang jadi masalah sekarang, orang beli bensin Pertalite karena subsidi, solar subsidi di SPBU, bawa ke kampung, jadi Pertamini, nggak ditutup-tutup. Pertamini jual lebih mahal. Rakyat beli mahal dengan kualitas yang rendah. Kalau kita jual Pertamax, di kota ini nggak ada Pertalite, Solar subsidi, semua dipindahin ke Pertashop ke daerah-daerah," kata Ahok.