Jakarta, Gesuri.id - Presiden Jokowi mengatakan sebagian besar negara mengalami kontraksi di tengah pandemi Covid-19 ini.
Presiden mencontohkan ekonomi Tiongkok turun dari +6 persen (yoy) menjadi minus 6,8 persen (yoy), atau delta 12,8 persen.
Baca: Banteng Sumbawa Terjunkan Bantuan 10Ribu Masker & Sembako
“Disusul, Perancis dengan delta 6,25 persen, Hongkong dengan delta 5,90 persen, Spanyol dengan delta 5,88 persen dan Italia dengan delta 4,95 persen,” imbuhnya.
Sementara di Indonesia, BPS merilis data terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2020 yang tumbuh 2,97 persen year on year (yoy).
Angka tersebut turun dengan delta 2 persen, lebih lambat dibandingkan angka pertumbuhan di kuartal 4 tahun 2019 yang tumbuh 4,97 persen. Presiden Joko Widodo menyebut angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut masih relatif baik dibandingkan dengan sejumlah negara lain.
Kepala Negara memandang bahwa pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian Indonesia pada dua sisi sekaligus, yaitu sisi permintaan (demands) dan sisi penawaran (supply).
Baca: Hanya Orang Gila Yang Berani Korupsi Saat Pandemi!
Dari sisi penawaran, Indeks Manufaktur Indonesia (PMI) pada April 2020 mengalami kontraksi terdalam bila dibandingkan negara lainnya di ASEAN, yakni di level 27,50. Angka itu lebih rendah dibandingkan Korea (41,60), Malaysia (31,30), Vietnam (32,70) dan Filipina (31,60).
“Untuk itu, saya minta menteri-menteri di bidang ekonomi memperhatikan angka-angka yang tadi saya sampaikan secara detail. Mana saja sektor, subsektor yang mengalami kontraksi paling dalam, dilihat secara detail dan dicarikan stimulusnya sehingga program stimulus ekonomi betul-betul harus kita buat dan harus tepat sasaran dan bisa mulai merancang skenario recovery (pemulihan) di setiap sektor atau subsektor,” jelasnya.