Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPR RI Dr.(H.C) Puan Maharani mendukung Indonesia sebagai Rumah Wayang Dunia.
Menurutnya, wayang merupakan seni pertunjukan yang layak dibanggakan sebagai bukti kekayaan kebhinekaan yang dimiliki bangsa ini secara turun temurun bagi bangsa Indonesia.
“Saya bangga Wayang Indonesia memiliki posisi terhormat di dunia internasional. Perkembangan zaman boleh terus berganti, teknologi boleh semakin canggih, tetapi wayang Indonesia tetap bisa eksis mengikuti era modern dan punya koleksi yang amat kaya dan tersebar di sejumlah daerah,” kata Puan dalam keterangan tertulisnya.
Puan juga merasa bangga karena wayang Indonesia terbukti mendapat pengakuan dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2003. Selain itu, dirinya juga mendukung bahwa wayang Indonesia bisa merebut momentum penting setelah ditetapkannya Hari Wayang Nasional, pada 7 November 2018 dan siap menjadi pusat bagi wayang dunia.
Baca: Presiden Lantik Megawati Jadi Ketua Dewan Pengarah BRIN
Puan mengaku memberikan support penuhnya pada usaha yang telah dilakukan sejak tiga tahun ke belakang, untuk Indonesia melalui berbagai tahapan menjadi tuan rumah Festival Wayang Dunia. Meski pandemi Covid -19 membuat festival itu harus diundur waktu pelaksanaannya, Puan meminta jangan menyerah.
Bagi Puan, wayang bukan hanya sebuah tontonan saja, tetapi merupakan sebuah tatanan, tuntunan, serta sarana pembentukan karakter, khususnya untuk generasi muda. Puan meyakini bahwa pemahaman ini juga turut diyakini oleh warga di seluruh pelosok negeri, terutama daerah yang kental akan tradisi pewayangan.
Walau memang sejatinya, wayang bukanlah karya sastra asli Indonesia, tetapi bersumber dari kitab Ramayana dan Mahabarata yang kemudian dikembangkan menjadi tradisi pertunjukan wayang. Wayang sendiri mengacu pada boneka tiruan yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu yang biasanya dimainkan oleh dalang, lalu turut diiringi oleh iringan musik tradisional.
Di Indonesia, kesenian wayang sudah hadir sejak 1.500 tahun sebelum masehi yang terlahir di masa silam dari nenek moyang suku Jawa. Usut punya usut, pada waktu itu wayang diperkirakan terbuat dari rumput yang hanya diikat saja. Bentuknya pun terbilang sangat sederhana.
Hingga kini, pertunjukan wayang di Indonesia masih sangat banyak ditemui di daerah Sunda, Jawa, sampai Bali. Misalnya di Jawa Barat ada tradisi wayang golek, dan wayang kulit di Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi dua bukti kekayaan budaya bangsa ini. Sementara itu, selain banyak ditemukan di Jawa, wayang juga kerap ditampilkan di acara sakral di seluruh dunia.
Puan meminta agar ada berupaya berkelanjutan serta mengerahkan semua usaha untuk menggali potensi yang dimiliki oleh wayang Indonesia. Hal ini coba diwujudkan dengan cara memanfaatkan segala daya upaya, kekuatan seni dan budaya Indonesia agar Indonesia bisa memiliki pondasi yang kokoh sebagai Rumah Wayang Dunia.
Indonesia sendiri, menurut data yang tercatat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memiliki 18 jenis wayang, yaitu wayang Kulit Purwa, Wayang Golek Sunda, Wayang Orang, Wayang Betawi, Wayang Bali, Wayang Banjar, Wayang Suluh, Wayang Palembang, dan Wayang Beber.
Selain mampu melestarikan kebudayaan wayang, dijadikannya Indonesia sebagai Rumah Wayang Dunia juga diharapkan bisa menjadi pelaksanaan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 74/230 tentang kebudayaan dan pembangunan berkelanjutan.
“Kita harus selalu punya prinsip untuk mendukung kemajuan wayang Indonesia meskipun pelestariannya tidak mudah dilakukan,” kata mantan Menko PKM itu.
Baca: Risma Ajak Pejuang Muda Bantu Selesaikan Masalah Kemiskinan
Belakangan ini, menurut data yang diterimanya, globalisasi menyebabkan kelangkaan regenerasi pembuat, pemain, penonton, dan penanggap wayang. Padahal, regenerasi wayang menjadi salah satu hal paling krusial dalam melindungi warisan budaya tersebut.
Regenerasi pelaku seni wayang akan membuat kesenian ini terus hidup dan tetap dapat melanglang buana. Sementara itu, bagi penonton wayang sendiri bisa mendapatkan cerita yang menarik dan pelajaran yang dikandungnya. Keduanya adalah simbiosis mutualisme dan sepatutnya terus ada ada wayang tidak tergerus waktu dan punah.
Menurut Puan, langkah selanjutnya yang harus diambil adalah dengan mempersiapkan diri sebagai Rumah Wayang Dunia. Fasilitas harus mapan dan aman, terlebih tetap harus mengikuti protokol kesehatan serta upaya mencegah penularan Covid-19. Puan yakin bahwa persiapan ini bisa berjalan lancar dan aman seperti acara-acara besar lain, misalnya PON yang semakin banyak diadakan.
“Terus dukung Indonesia menjadi rumah wayang dunia agar kita lebih dianggap dan dihargai, tentunya juga menghadirkan kesenian yang ke kancah internasional,” ujar Puan.