Purwokerto, Gesuri.id - Ketua DPR, Puan Maharani, mengharapkan Kawasan Bung Karno di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, tetap abadi dan tidak berganti nama meskipun ke depan ada pergantian kepala daerah.
"Saya minta agar Kawasan Bung Karno ini, yang menyandang nama Bapak Bangsa ini bisa dirawat (oleh) siapa pun bupatinya," kata dia, saat meresmikan Kawasan Bung Karno di Purwokerto, Rabu (6/7).
Ia mengatakan hal itu terkait ucapan Bupati Banyumas, Achmad Husein, saat melaporkan pembangunan Kawasan Bung Karno, bahwa Husein menyatakan masa kepemimpinannya di Banyumas tinggal satu tahun lagi.
Menurut Puan, ganti bupati bukan berarti nama Kawasan Bung Karno harus diganti. "Wah kalau itu (terjadi) berantemnya sama teman-teman yang ada di sini, nama Soekarno tiba-tiba diganti menjadi namanya sopo (siapa) karena ganti bupati," katanya.
Baca: Puan Ajak Kader PDI Perjuangan Terus Bekerja Untuk Rakyat
Ia mengharapkan Kawasan Bung Karno akan tetap ada selama Banyumas ada. "Kita jaga, kita rawat, dan akan menjadi kebanggaan dari Banyumas dan masyarakat yang ada di Purwokerto," kata Ketua DPP PDI Perjuangan itu menegaskan.
Dalam kesempatan itu, Puan meminta Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Diana Kusumastuti, untuk memfasilitasi pembangunan kolam retensi tahap kedua di Kawasan Bung Karno supaya tidak mangkrak.
"Ini harusnya tugasnya DPR, jadi Ketua DPR deh yang minta, ya ini karena bebannya ada nama Soekarno-nya. Jadi, nanti gara-gara itu (kolam retensi, red.) mangkrak, semuanya jadi masalah," kata cucu Bung Karno itu.
Oleh karena itu, dia meminta pembangunan kolam retensi di Kawasan Bung Karno diteruskan secara bertahap dan berkesinambungan agar tidak sampai mangkrak, sehingga menjadi tidak bermanfaat bagi masyarakat.
Sementara dalam laporannya, Husein mengatakan nama Kawasan Bung Karno digunakan karena masyarakat Banyumas ingin berterima kasih atas jasa-jasa Bung Karno beserta seluruh keluarganya terhadap Kabupaten Banyumas.
Menurut dia, Kawasan Bung Karno yang berada di lahan seluas 50 hektare milik Pemerintah Kabupaten Banyumas terdiri atas beberapa bagian dimulai dari jembatan di pintu masuk sisi utara yang disebut dengan nama Jembatan Proklamator.
"Artinya, masuk pertama adalah merdeka dahulu. Jembatan itu kalau malam sangat indah karena (lampu) berwarna-warna," katanya.
Ia mengatakan di bagian depan jembatan sedianya akan dilengkapi dengan patung Bung Karno berukuran besar yang terbuat dari perunggu dilengkapi lima pilar yang mengisyaratkan Pancasila dan di tengahnya ada gambar burung garuda berukuran besar.
Menurut dia, desain dan maket patung tersebut sudah ada namun biaya pembangunannya cukup besar karena mencapai sekitar Rp15 miliar, sehingga masalah pembiayaannya masih dalam pembicaraan dan kemungkinan secara gotong royong.
Selain itu, ruas jalan sepanjang 3,6 kilometer dengan lebar 25 meter yang membentang dari Jembatan Proklamator hingga Jalan Gerilya diberi nama Jalan Bung Karno.
"Awalnya akan diberi nama Jalan Dr Ir Soekarno secara lengkap dengan gelarnya. Namun karena kepanjangan dan masyarakat akan susah mengingatnya, akhirnya diberi nama Jalan Bung Karno," kata dia.
Ia mengatakan, di Kawasan Bung Karno juga terdapat menara pandang setinggi 114 meter yang diberi nama "Menara Teratai" seperti halnya yang ada di Ruang Rapat Sekolah Partai PDI Perjuangan.
Menurut dia, keberadaan Menara Teratai yang pembangunannya menggunakan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga dalam rangka menambah pendapatan asli daerah karena masyarakat yang berkunjung rata-rata 1.000 orang per hari dan saat akhir pekan bisa mencapai 3.000 orang dengan tiket masuk Rp25.000 per orang.
Baca: Djarot Beberkan Alasan Kenapa Puan Keliling Indonesia
Di dekat Menara Teratai juga terdapat ruang pertemuan dengan nama Putra Sang Fajar. "Yang memberi nama adalah Pak Ketua DPRD, Pak Budhi Setiawan," kata Bupati sembari menunjukkan tangan ke arah Ketua DPRD Kabupaten Banyumas, Budhi Setiawan.
Menurut dia, Kementerian PUPR saat sekarang juga sedang membangun kolam retensi seluas 7-9 hektare di Kawasan Bung Karno untuk mengendalikan banjir dan menampung air serta dapat dimanfaatkan sebagai destinasi wisata.
Terkait dengan hal itu, pihaknya memohon izin jika diperkenankan akan menamai kolam retensi tersebut dengan nama Telaga Fatmawati.
"Masih banyak lagi yang bisa menjadikan kawasan ini menjadi ranah yang ada kaitannya dengan Bung Karno dan segala perjuangannya," kata Husein.