Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPR RI Puan Maharani mengimbau pihak sekolah, terutama di Jabodetabek dan sekitarnya untuk ikut berpartisipasi dalam mengantisipasi dampak polusi udara lantaran dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi anak-anak.
"Pemerintah harus membuat terobosan sistem secara menyeluruh, tanpa mengesampingkan dampak lain dari suatu kebijakan. Termasuk bagaimana pihak sekolah ikut berpartisipasi melakukan berbagai antisipasi. Hal ini perlu dioptimalkan untuk melindungi anak dari bahaya polusi udara," kata Puan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, pihak sekolah dapat menyesuaikan sistem pembelajaran bagi siswa didik sebagai salah satu upaya antisipasi dampak dari polusi udara.
Baca: Cegah Polusi Udara, Yuke Dorong Koridor Transjakarta Ditambah
"Misalnya, menghindari dulu kegiatan belajar mengajar di luar ruangan. Lalu, pastikan sanitasi dan sirkulasi udara di kelas-kelas dalam kondisi baik. Kemudian siapkan fasilitas maupun kebutuhan medis dasar bagi anak-anak di sekolah," ucapnya.
Selain itu, Puan menyebut sekolah dan fasilitas umum, seperti taman bermain luar ruangan, perlu kembali menerapkan protokol kesehatan yang ketat demi melindungi anak dari partikel udara yang tercemar polusi.
Dia juga menekankan pentingnya anak-anak memiliki lingkungan pembelajaran yang optimal dan sehat, sebab dukungan fasilitas serta kesadaran masyarakat luas merupakan cara terbaik dalam melindungi anak-anak dari bahaya polusi udara
"Langkah-langkah seperti peningkatan fasilitas sekolah, edukasi tentang polusi udara, pembangunan ruang terbuka hijau, dan penegakan hukum yang ketat terhadap sumber polusi adalah langkah-langkah penting yang harus dipertimbangkan oleh Pemerintah," ujarnya.
Meski demikian, Puan memandang perlunya kajian lebih mendalam terkait dampak penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di sekolah sekitar Jabodetabek guna meminimalisir dampak buruk polusi udara sebagaimana yang diusulkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Misalnya, lanjut dia, dampak psikososial pada anak, mengingat penerapan PJJ dapat mengisolasi anak-anak dari lingkungan sosial di sekolah yang sedianya diperlukan bagi proses tumbuh kembang.
"Interaksi langsung dengan teman sekelas dan guru memiliki nilai penting dalam membentuk keterampilan interpersonal dan perkembangan mental. Selain itu pembelajaran jarak jauh juga akan berpengaruh pada pemahaman mendalam tentang materi belajar," tuturnya.
Baca: Gilbert: Mobil listrik Bukan Solusi Kemacetan & Polusi Udara
Untuk itu, Puan memandang kebijakan PJJ harus dipikirkan lebih jauh lagi, mengingat tidak semua anak memiliki akses yang sama terhadap teknologi yang diperlukan dalam PJJ sehingga dapat mengakibatkan kesenjangan dalam kualitas pendidikan.
"Jadi memang harus dikaji secara komprehensif sebelum diputuskan, termasuk mengenai infrastruktur dan kebutuhan lainnya. Selain itu pembelajaran jarak jauh dapat memberikan beban tambahan bagi orang tua, terutama bagi orang tua yang harus bekerja," katanya.
Terakhir, Puan mendorong pula Pemerintah untuk segera menentukan sikap terkait dampak kesehatan bagi anak di tengah polusi udara, terlebih terjadi kenaikan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di DKI Jakarta.
"Pemerintah perlu mengambil langkah sigap dan tanggap dalam menyelamatkan generasi bangsa dari paparan polusi udara yang mengakibatkan mudahnya terserang penyakit," ucap Puan.