Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPR Puan Maharani akan mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15 forum parlemen negara-negara di Asia atau Asian Parliamentary Assembly (APA) yang digelar di Baku, Azerbaijan.
Sebelum acara dimulai, Puan bertemu Ketua Majelis Nasional Azerbaijan, Sahiba Gafarova sebagai tuan rumah.
Rangkaian APA Plenary Meeting ke-15 di Baku, ibukota Azerbaijan, sudah dimulai sejak 17 Februari lalu, namun upacara pembukaan akan digelar Rabu (19/2). Di sela-sela rangkaian pra acara, hari ini Puan bertemu dengan Ketua Majelis Nasional (Milli Majlis) Azerbaijan, Sahiba Gafarova.
“Sebuah kehormatan dan kebahagiaan bagi saya dapat bertemu kembali dengan Yang Mulia Ibu Sahiba Gafarova, Ketua Milli Majlis, Republik Azerbaijan,” kata Puan di awal pertemuan yang digelar di Gedung Milli Majlis, Baku, Selasa (18/2/2025).
Baca: Ganjar Pranowo Belum Pastikan Maju Pada Pilpres 2029
Puan pun mengapresiasi lembaga legislatif Azerbaijan yang menjadi hosting pertemuan APA tahun ini, terutama atas sambutan yang hangat untuk delegasi DPR RI. “Saya senang sekali akhirnya dapat berkunjung ke Baku, kota yang indah dan dinamis,” ucapnya.
Puan berharap pertemuan bilateral tersebut dapat berkontribusi pada penguatan kerja sama Indonesia dan Azerbaijan, khususnya hubungan antar parlemen. Terlebih dalam bidang pemberdayaan perempuan di dunia politik mengingat Indonesia dan Azerbaijan saat ini sama-sama memiliki Ketua DPR perempuan.
“Kepemimpinan kita berdua, yaitu perempuan sebagai pimpinan parlemen diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi anak-anak perempuan untuk terjun ke dunia politik,” ungkap Puan.
Selama pertemuan, Puan dan Sahiba Gafarova banyak berdiskusi tentang isu perempuan di mana keduanya sepakat untuk mendorong berbagai isu tentang perempuan agar dibahas dalam APA Plenary Meeting ke-15 di Baku.
Tak hanya soal perempuan, keduanya juga membahas berbagai isu lainnya. Puan pun menyinggung hubungan bilateral Indonesia dan Azerbaijan yang akan memasuki usia 33 tahun.
“Selama 33 tahun ini, kita telah merasakan kerja sama dan kolaborasi yang kuat antara kedua negara di berbagai sektor, termasuk hubungan ekonomi dan hubungan antar masyarakat. Hubungan bilateral ini telah didasarkan pada saling menghormati, dan saling menguntungkan bagi rakyat kedua negara,” paparnya.
Dari sisi parlemen, DPR RI periode 2024-2029 telah membentuk Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) Indonesia-Azerbaijan pada 30 Januari 2025 lalu untuk memperkuat hubungan antar parlemen. Kedua parlemen negara juga telah aktif saling berkolaborasi dalam berbagai forum multilateral, termasuk APA.
“Saya berharap parlemen kedua negara dapat meningkatkan kerja sama,” harap Puan.
Terkait kerja sama bidang ekonomi, Azerbaijan merupakan salah satu mitra strategis bagi Indonesia di kawasan Eurasia. Oleh karenanya, Puan mendorong peningkatan hubungan perdagangan Indonesia-Azerbaijan, termasuk menurunkan hambatan perdagangan antara kedua negara.
“Melalui pertemuan ini, saya berharap kita bisa mengeksplorasi komoditas yang lebih beragam untuk memajukan arus perdagangan kedua negara,” sebut perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
“Saya juga ingin menyampaikan potensi kerja sama di bidang energi mengingat Azerbaijan termasuk pemasok utama minyak bumi ke Indonesia,” sambung Puan.
Lebih lanjut, Puan menggarisbawahi pentingnya hubungan antar masyarakat (people-to-people contact) terutama yang melibatkan generasi muda kedua negara.
Dia sekaligus menyampaikan apresiasi atas kerja sama sosial-budaya kedua negara, seperti pembukaan jurusan Bahasa Indonesia pada Azerbaijan University of Language.
Untuk terus mendukung sektor pendidikan, Puan mendorong parlemen kedua negara untuk dapat terus menjajaki kerja sama pendidikan dan riset di bidang yang menjadi kepentingan bersama Indonesia-Azerbaijan, termasuk pada sektor pariwisata yang juga merupakan salah satu sektor penunjang people-to-people contact.
“Saya mengapresiasi peningkatan jumlah wisatawan asal Azerbaijan yang berlibur ke Indonesia. Kita juga dapat meningkatkan kerja sama sister city, untuk mendorong kerja sama antara pemerintah daerah dan juga warga di daerah,” urai Ketua DPP PDI Perjuangan itu.
Pada kesempatan tersebut, Puan juga menekankan pentingnya tercipta perdamaian global. Menurutnya perdamaian adalah prekondisi untuk semua sektor kehidupan seperti pembangunan, pendidikan, dan lainnya.
Puan pun menyinggung soal perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan Gaza yang telah berdampak luas bagi masyarakat internasional. Ia mendorong penyelesaian konflik dan perang secara damai di berbagai wilayah.
“Bagi Indonesia, perdamaian dunia yang langgeng merupakan prinsip dasar yang diamanatkan dalam Konstitusi kami,” tegas Puan.
Terkait situasi di Gaza, cucu Bung Karno tersebut mengajak Azerbaijan untuk terus mengawasi pelaksanaan gencatan senjata dan memastikan tidak ada pelanggaran HAM. Termasuk, kata Puan, agar tidak ada lagi hambatan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
“Saya juga menolak ide untuk pemindahan warga Gaza keluar dari wilayah Palestina. Wilayah Palestina adalah untuk warga Palestina,” kata mantan Menko PMK itu.
“Terkait perang di Ukraina, saya tentu mengharapkan penyelesaian secara damai, melalui diplomasi dan menghindari kekerasan. Saya juga menekankan perlunya penghargaan terhadap teritori suatu negara, yang berdasar hukum internasional dan piagam PBB,” tambah Puan.
Baca: Ganjar Pranowo Mempertanyakan Klaim Sawit Sebagai Aset Nasional
Di akhir pertemuan, Puan mengundang Ketua Parlemen Azerbaijan untuk menghadiri Sidang ke-19 PUIC yang akan diselenggarakan pada bulan Mei 2025 di Bali, Indonesia.
“Semoga pertemuan hari ini dapat menghasilkan manfaat yang besar serta berkontribusi untuk memperkuat hubungan bilateral Indonesia dan Azerbaijan,” ungkapnya.
Sidang Umum APA ke-15 di Baku yang bertemakan ‘Peran Diplomasi Parlementer dalam Memperkuat Kerja Sama Multilateral di Asia’ akan diselenggarakan hingga tanggal 21 Februari mendatang.
Sebagai bagian dari acara tersebut, akan diadakan pertemuan Dewan Eksekutif APA, sesi pleno, dan komite tentang urusan politik, ekonomi, anggaran, dan sosial. Puan akan turut berbicara dalam forum parlemen se-Asia itu.
Rancangan resolusi tentang isu-isu utama akan dibahas pada pertemuan yang dihadiri lebih dari 30 parlemen ini dan organisasi internasional, hingga nantinya akan ada Deklarasi Baku dan laporan akhir Sekretariat APA untuk diadopsi bersama.