Ikuti Kami

Putra : Jokowi Memimpin Republik Dengan Kematangan Leadership

Dalam diskusi Indonesian Lawyer Club (ILC) Putra menolak framing Jokowi ada di simpang jalan.

Putra : Jokowi Memimpin Republik Dengan Kematangan Leadership
Politisi Senayan Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan.

Jakarta, Gesuri.id - Politisi Senayan Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan menyebutkan bahwa Presiden Jokowi adalah sosok pemimpin yang lahir dan memiliki pengalaman jiwa kepemimpinan yang sangat matang. 

Ini dibuktikan oleh Jokowi melalui rekam jejaknya yang panjang sejak menang Wali Kota Solo dua periode, kemudian menang Gubernur 2 periode hingga menjadi presiden juga dua periode. Portofolio yang sangat panjang inilah yang membuktikan kualitas dan kapasitas diri seorang Jokowi sebagai presiden. 

"Nah ini yang mau saya ceritakan Pak Karni, soal Jokowi di persimpangan jalan. Menurut saya ini terlalu didramatisir. Saya rasa Pak Jokowi sudah melalui berbagai level (kepala daerah), tidak mudah Pak Karni memimpin dan mengelola DPRD, kehakiman, kejaksaan dan Pak Karni sangat tahu masalah itu," kata Putra dalam Diskusi ILC 'Jokowi di Simpang Jalan, Anies Melenggang?' yang disiarkan di TV One, Jumat (22/7).

Baca: Panda Tegaskan Tidak Ada Perpecahan di PDI Perjuangan

Berbekal pengalaman itulah, maka melahirkan sosok Jokowi yang matang dan sangat tenang dalam memimpin republik ini. "Sehingga sekali lagi saya sebagai juniornya Pak Jokowi, begitu ya dan beliau sebagai senior, saya sangat bangga, dengan apa yang dilakukan beliau. Bagaimana beliau bisa dengan tenang, tidak bisa ditebak dan juga bisa membaca element of suprise. Itukan esensi dari kepemimpinan yang ditunjukkan oleh pak Jokowi. Dan kita lihat bagaimana pak Jokowi berjiwa besar dan tetap taat pada faksun politik meskipun sudah berbeda dukungan calon presiden, tapi tetap mengundang ketua umum yang pernah satu koalisi dengan beliau," ujarnya.

Putra lantas bercerita bahwa dirinya pernah satu mobil dengan Pak Jokowi di tahun 2014 saat masih menjadi Wali Kota Solo. "Tahun 2014 saya bersama-sama naik mobil Innovanya duduk di tengah berjalan dari Imam Bonjol ke Bundaran HI. Waktu itu kita masih boleh manggilnya Mas Jokowi. Mas Jokowi tanya ke saya Mas Putra bagaimana kira-kira prediksinya? Saya mohon maaf Mas Jokowi, Mas Jokowi dibandingkan dengan calon satunya lagi itu sudah lengkap portofolionya. Kok bisa aku kan dari daerah, tempat yang kecil, bukan dari Menteng, bukan elit, bukan dari pusat. (Mas Jokowi) itu saking lengkap portofolionya. Pernah memimpin DPRD, bisa berkomunikasi dengan TNI, Polri, dengan kehakiman, dengan jaksa dan lain sebagainya. Itu sejak walikota Pak Karni, dan dipilih rakyat lagi 90 persen pada periode kedua," kenangnya.

Dari situlah Putra melihat bahwa Jokowi  ini punya jiwa yang besar. Tidak ujug-ujug datang begitu saja dari Merdeka Utara lanntas diterapkan seketika. Sama sekali tidak. "Itu bukan hal yang baru, saya mohon maaf saya nariknya ke belakang, mungkin karena mantan wartawan ya. Jadi penulusurannya saya harus buktikan kepada Pak Karni begitu ya sebagai leading investigator bahwa yaini keponakannya gak kaleng-kaleng begitu loh! Ponakannya ini ternyata ada hasilnya begitu kan, melihat sesuatu secara kontekstual, tidak terpukau sama cloud, sama awan-awan. Mudah terpukau terus kita kaget ditubruk dari belakang dihajar dari depan, siapa yang mau ditubruk siapa yang mau hajar? Pak Jokowi tidak akan ditubruk tidak akan dihajar. Dia tidak akan melakukan itu," ujarnya.

Putra lantas menyebut jiwa besar Pak Jokowi adalah dengan memanggil Ketua Nasdem Surya Paloh ke Istana Negara sebelum pergantian Menkominfo dari Nasdem yang tersangkut perkara korupsi. "Nah, saya sangat bangga dengan beliau masih bisa berkomunikasi, mengundang, mengajak, ada fatsunnya, bahkan mohon ijin tadi disampaikan oleh Pak Burhan memanggil rekan ketua umumnya sebagai kakak. Tapi dalam hal ini Pak Jokowi justru bertindak sebagai kakak, kakak yang menanungi, kakak yang merangkul, kakak yang mengajak. Saya melihat Pak Jokowi masih bisa berkomunikasi meskipun beda calon presiden," tegasnya.

Jiwa besar Pak Jokowi berikutnya adalah menjaga suasana kebatinan Pak Prabowo yang ingin menjadi Capres 2024 meskipun saat ini Prabowo masih menjabat sebagai menterinya Jokowi. "Nah, dalam konteks itu saya senang. Kenapa? Pak Jokowi ini jagain Pak Prabowo juga, Kenapa? Karena kan Pak Prabowo inikan, sudah terang benderang diumumkan oleh Gerindra untuk menjadi capres. Artinya apa? Ada anggota dari kabinetnya yang memang terang benderang sudah dinyatakan jadi Capres. Nah, tugas Pak Jokowi apa sebagai pimpinan? Kan menjaga pak. Supaya jangan sampai menterinya yang Capres itu rebellious (melawan) kan harus dijaga," ujarnya.

Baca: DPD BMI DKI Jakarta Siap Ciptakan Konten Positif

Untuk itulah, kata Putra, Prabowo harus dijaga kenyamanan hatinya, geraknya dan lain sebagainya. "Kabinet ini masih sampai Oktober 2024. Rakyat harus dikawal, rakyat harus dijaga kerjanya, itulah bijaknya pak Jokowi. Tapi kemudian disimpulkan bahwa pak Jokowi sudah memilih Capres, entar dulu. Saya juga senang Pak Jokowi milihin bajunya Pak Ganjar, bajunya garis-garis vertikal hitam dan putih. Itukan menunjukkan, saya bukan pakar baju, tapi kalau memakai baju vertikal seperti itu orang yang kurang tinggi, dia tambah tinggi kelihatannya. Pak Ganjar padahal sudah tinggi, tambah tinggi, terus orang yang agak gemuk kaya saya kalau pakai baju seperti itu bisa kelihatan lebih langsing pak Karni," ujarnya.

"Jadi artinya apa? Pak Ganjar diingatkan untuk tetap bekerja meskipun ditempat yang tinggi untuk tetap bekerja. Itulah terjemahan dari baju garis-garis itu. Jadi ini saya lagi membanggakan om saya nih, biar dia “gak percuma nih, saya didik” saya magang sama Pak Karni 6 bulan soalnya tahun 1992. Tapi karena saya terlalu dibawah ketemu Pak Karni pun saya tidak bisa, karena Pak Karni diatas. Saya tukang bawa tas kameramen segala macem, kalau Pak Karni kan kebijakan, jadi ini ngaku saya, baru kali ini saya bisa mempresentasikan pikiran saya di hadapan Pak Karni," kata Putra yang disambut gelak tawa para narasumber yang hadir.

"Jadi mohonn ijin Pak Karni, dalam hal ini saya beda pemikiran. Pak Prabowo itu memang harus dijaga Pak Karni, harus dijaga, harus dirangkul, jangan sampai gelisah, jangan sampai pikirannya tidak fokus pekerjaannya sebagai menteri itu tugas presiden, wajar. Tapi jangan dong Pak Karni berpikir bahwa bapak presiden kita di persimpangan jalan, begitu loh. Itulah makanya saya sekarang bilang saya bangga sekali punya senior partai seperti Pak Jokowi, bagaimana  beliau menjaga supaya ini kondusif, rakyatnya tetap dilayani, kerja menteri fokus," ujarnya

Quote