Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo meminta warga untuk segera melakukan vaksinasi booster kedua.
Hal ini sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu mengkonfirmasi satu penambahan kasus COVID-19 varian Kraken. Pasien diketahui tinggal di Pamulang, Tangerang Selatan.
"Kita prepare meningkatkan daya tahan tubuh kita dengan melalui vaksinasi, apalagi pemerintah sudah menggratiskan dan membuka saya kira booster kedua itu kita sambut," Kata Rahmad kepada wartawan, Rabu (1/2).
Baca: Rahmad Apresiasi Vaksin Buatan Dalam Negeri Jadi Booster
Rahmad meminta warga untuk segera menuju fasilitas kesehatan dan mengikuti vaksinasi booster kedua. Selain itu, warga yang belum divaksin booster pertama juga diharap segera vaksin.
Ingat, di booster pertama belum sesuai harapan, kita masih kita kejar sehingga dengan masyarakat yang semakin banyak divaksin kekebalan kelompok kita akan semakin membaik," ujarnya.
Rahmad meminta masyarakat tak panik. Menurutnya, mutasi virus merupakan hal wajar.
"Kita nggak perlu panik berlebihan. Meskipun kita tidak panik namun kita harus perlu waspada artinya cukup ikutin apa yang disampaikan oleh pemerintah," ujarnya.
Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman bicara mengenai potensi masalah serius yang bisa ditimbulkan dari Corona varian Kraken. Dia menyebut salah satunya ialah long COVID.
"Bahwa potensi yang dibawa oleh subvarian ini itu lebih membesar potensi masalah serius ya adalah potensi Long COVID," ujar Dicky.
Long COVID merupakan istilah dari gejala berkepanjangan yang dialami pasien bahkan dalam kondisi sudah negatif COVID-19. Dia menyebut kondisi itu berpotensi merusak organ tubuh, terutama bagi orang yang belum vaksin.
Baca: Rudianto Tjen Dukung Pemberian Vaksin Booster Kedua
"Dampak kerusakan pada organ-organ tubuh dalam jangka menengah atau jangka panjang khususnya pada orang-orang yang belum memiliki imunitas yang lengkap, booster, atau orang dengan yang punya gangguan imunitas," kata Dicky.
Menurut Dicky, pengendalian COVID-19 saat ini bukan lagi melihat berapa kasus infeksi, melainkan berapa kasus reinfeksi serta kasus Long COVID. Dia juga menilai pemerintah harus mengawasi efektivitas vaksin yang telah disuntikkan.
"Juga bagaimana efektivitas dari vaksin. Dengan cara memperhatikan itulah maka kita akan bisa membaca peta situasi," ujarnya.