Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPRD Sumatera Utara, Dra. Sorta Ertaty Siahaan, menyerap berbagai aspirasi masyarakat di Tapanuli Utara dalam kunjungan reses.
Sorta didampingi Ketua DPD PDI Perjuangan Sumut sekaligus Anggota Komisi XIII DPR RI, Drs. Rapidin Simbolon.
Reses ini berlangsung di dua lokasi, yakni Desa Partalijulu, Kecamatan Tarutung, serta Huta Parbubu II.
Dalam pertemuan tersebut, isu yang paling banyak disampaikan masyarakat berkaitan dengan pertanian dan pertenunan ulos. Salah satu keluhan utama datang dari petani yang mengalami kesulitan dalam pengairan sawah akibat mengeringnya Sungai Aek Sigeaon.
Erick Matondang, seorang petani dari Kecamatan Tarutung, mengungkapkan bahwa lebih dari 100 hektar sawah di desanya nyaris tak bisa digarap karena pasokan air dari Sungai Aek Sigeaon yang selama ini menjadi andalan, kini telah mengering.
"Selama ini kami mengandalkan Aek Sigeaon untuk irigasi, tapi sekarang sungainya kering. Ini mengancam keberlangsungan pertanian kami," keluh Erick, dikutip pada Minggu (6/4/2025).
Ia berharap pemerintah dapat mencari solusi, seperti membangun kincir air untuk menarik air dari sungai ke area persawahan.
Menanggapi hal tersebut, Sorta Ertaty Siahaan berjanji akan menjadikan persoalan ini sebagai perhatian serius dan membahasnya dengan dinas terkait.
Ia menegaskan bahwa sektor pertanian harus menjadi prioritas pemerintah, mengingat Presiden telah mencanangkan program ketahanan pangan.
Selain masalah pengairan sawah, masyarakat juga menyampaikan aspirasi terkait infrastruktur dan alat pertanian.
K Lumban Tobing dan J Hutabarat menyuarakan permohonan agar pemerintah membantu pembangunan jalan usaha tani serta menyediakan alat dan bibit untuk pertanian dan peternakan.
J Hutabarat meminta bantuan bibit peternakan untuk meningkatkan produktivitas warga, sementara K Lumban Tobing mengusulkan adanya traktor guna mengelola lahan pertanian dengan lebih efektif.
Menanggapi permohonan tersebut, Sorta menyarankan agar warga membuat gambaran atau perencanaan yang jelas terkait penggunaan bantuan tersebut.
"Saya minta masyarakat membuat gambaran atau proposal, sehingga jika bantuan terealisasi, penggunaannya jelas dan benar-benar bermanfaat," ujar Sorta.
Terkait kebutuhan alat pertanian, Rapidin Simbolon menambahkan bahwa jika nanti ada bantuan traktor, penggunaannya harus diatur secara adil.
"Harus ada jadwal pemakaian yang jelas. Jangan sampai hanya ketua kelompok tani yang menggunakan, sementara anggotanya seperti pengemis," ucapnya.
Selain itu, warga juga mengeluhkan kondisi air bersih yang tidak layak konsumsi karena kurangnya perawatan dari PAM. Sorta pun menyarankan agar pemerintah desa membantu membangun bak penampungan air sebagai solusi sementara.
"Saya sangat tertarik dengan permasalahan ini, karena air adalah sumber kehidupan. Kepala desa harus ikut membantu mencari solusi," tegasnya.
Selain sektor pertanian, masyarakat juga mengangkat isu keberlangsungan pertenunan ulos.
Menanggapi hal ini, Sorta mengusulkan agar hasil tenun masyarakat bisa ditampung oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) sebagai bentuk dukungan terhadap pengrajin lokal.
Di akhir pertemuan, Sorta mengakui bahwa keterbatasan anggaran menjadi tantangan besar.
"Anggaran 2024 sudah disahkan sebelum saya dilantik, dan sudah terjadi pemotongan besar-besaran. Ini membuat kami bingung, tapi kami akan tetap berjuang agar aspirasi bapak-ibu bisa sampai ke pemerintah," pungkasnya.
Sumber: medan.tribunnews.com