Jakarta, Gesuri.id – Anggota Komisi VI DPR RI, Rieke Diah Pitaloka, turut hadir pada kegiatan glorifikasi pelepasan 162 Pekerja Migran Indonesia (PMI) program G to G (GTG) Korea Selatan yang digelar oleh BP2MI (Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia) di Hotel El Royale, Jakarta, Senin (21/11).
Kegiatan glorifikasi tersebut diawali dengan doa bersama atas peristiwa gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Cianjur yang dampaknya terasa hingga di Kota Jakarta.
“Kendati sempat digoyang gempa, mari kita bertasbih sejenak memohon pelindungan kepada Allah SWT. Pertemuan yang luar biasa penuh berkah dan nikmat untuk kita semua,” kata Rieke.
Baca: Said Tegaskan PDI Perjuangan Jadi Partai Oposisi Terbaik!
“Kalian adalah para pejuang Republik Indonesia,” tambahnya.
Rieke berpesan kepada PMI agar pada saat berkerja di Korea, jika kalian goyah, berzikirlah sejenak. Karena Zikir bisa untuk doa. Ini penting sekali, bekerja di Korea jangan tujuannya uang. Tujuannya adalah hidup yang berkah.
Dikatakan lebih lanjut oleh Rieke, bahwa dari kas APBN, terdapat hasil perjuangan PMI yang berjuang dan bekerja di luar negeri.
“Dari kas APBN ada darah dan air mata dari para PMI. Karena penghasil devisa terbesar ke dua bersumber dari PMI. Ini perjuangan yang serius. Negara tidak boleh dagang orang. Ini butuh pejuangan yang kuat,” ucapnya.
Dihadapan para PMI, Rieke juga mengungkapkan kondisi masa lalunya sebagai anak dari keluarga miskin. Bahkan ia tidak mampu membawa ibunya berobat yang saat itu sedang sakit dan akhirnya meninggal.
“Saya tidak mampu membawa ibu ke rumah sakit. Namun ibu saya berpesan semiskin apapun tidak boleh berhenti sekolah. Tidak ada yang tidak mungkin. Di dalam perjalanan sering kali hidup kita goyah. Jangan pernah tinggalkan niat awal, kalian PMI punya niat baik untuk membantu orang tua dan keluarga, bisa menyekolahkan adik-adiknya,” urainya.
Rieke menyatakan, bekerja itu tidak gampang, dan dunia kerja itu berat. Jika semua yakin bisa, pasti bisa, dan akan sukses.
“Saya butuh energi. Kalian adalah pejuang republik. Saya tidak ingin Badan (BP2MI) yang sangat penting ini dipegang oleh orang yang salah. Saya titip PMI dan keluarganya kepada Pak Benny (Benny Rhamdani). Kita berjuang untuk mengakhiri kebodohan dan kemiskinan. Kekuatan perjuangan kita dilandasi oleh tulusnya perjuangan. Ini adalah tugas mulia,” ujar Duta Buruh Migran ILO ini.
Kesempatan terpisah, Kepala BP2MI Benny Ramdhani berterima kasih kepada Rieke sebagai inisator yang telah mendukung lahirnya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2017 yang revolusioner.
Baca: Risma Kerahkan Bantuan untuk Korban Gempa di Cianjur
Benny mengatakan, semua Kementerian Lembaga harus gerak juang bersama agar tidak bertekuk lutut kepada bandit dan sindikat penempatan ilegal PMI.
“Kita tidak akan pernah iklas dan rhido jika bandit-bandit itu terus leluasa. Negara tidak boleh berperilaku seperti swasta. Negara tidak boleh mengutip sedikitpun kepada PMI, negara tidak boleh kalah,” cetus Benny.
Benny mengatakan, dulu orang memandang TKI rentan bermasalah dan destruktif. Padahal sebaliknya, PMI adalah orang orang penting untuk negara. Sehingga mindset harus berubah. PMI memiliki derajat penting di negeri ini.
“Saya hanya ingin di sisa jabatan ini, saya bisa untuk membayar hutang dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada PMI,” pungkasnya.