Ikuti Kami

Sofwan Ingin BPS Gunakan Bahasa yang Lebih Sederhana dalam Penyajian Data

Apalagi jika dikaitkan dengan pertempuran elektoral, data statistik ini menjadi sangat urgent.

Sofwan Ingin BPS Gunakan Bahasa yang Lebih Sederhana dalam Penyajian Data
Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Sofwan Dedy Ardyanto.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Sofwan Dedy Ardyanto mengaku termasuk salah satu pihak yang membutuhkan data statistik. 

Apalagi jika dikaitkan dengan pertempuran elektoral, data statistik ini menjadi sangat urgent.

“Jadi, data is a power. Siapa yang memiliki data yang akurat, diolah secara akurat, dia akan bisa mengambil keputusan yang akurat,” kata Sofwan, dalam diseminasi revisi UU Statistik, di Jakarta, Jumat (21/3).

Baca: Ganjar Pranowo Mempertanyakan Klaim Sawit Sebagai Aset Nasional

Sofwan berkeyakinan, analisis data yang benar dapat menghadirkan sebuah keputusan efektif di dalam melakukan tindakan di lapangan. Hanya saja, hal ini bertolak belakang dengan tradisi di lapangan.

Keputusan yang diambil sering kali lebih mengandalkan insting, ketimbang berbasis data. Kalaupun berbasis data, sifatnya terbatas kepada segelintir atau kelompok elemen masyarakat, seperti Pemerintah, lembaga-lembaga akademik, atau perusahaan-perusahaan yang modalnya besar. “Itu realita dan fakta,” ungkapnya.

Makanya, dia usul agar Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan diseminasi terhadap hasil statistik. Diakuinya, BPS rutin mempublikasi data-data statistik melalui situs website mereka. Namun, data statistik ini ternyata sangat sulit diterjemahkan. Yang bisa menginterpretasikan data statistik ini hanya segelintir masyarakat dengan kemampuan akademik yang mumpuni. 

"Yang bisa baca kalau kuliah itu IPK-nya di atas 3,7-3,8. Tapi, kita membaca data (BPS) itu pusing. Jadi kayak kami-kami ini, membaca (data BPS) itu nggak bisa langsung secara gamblang membaca pola ini pergerakannya mau ke mana,” katanya.

Makanya, dia mendorong agar data BPS ini dapat menjawab tren ke depan berdasarkan data. Misalnya untuk kebutuhan studi generasi muda sehingga ketika mengambil pilihan program studi benar-benar berdasarkan kebutuhan lapangan kerja ke depan.

"Jadi saya besok mau kuliah apa, tapi galau. Nah di sini statistik bisa menjawab tren ke depan berdasarkan data. Sehingga tidak banyak lagi kemudian anak-anak yang misalnya kemudian merasa salah mengambil jurusan dalam kuliah,” sebutnya.

Namun, sayangnya, politisi Fraksi PDI Perjuangan ini justru melihat data dan hasil statistik ini sebagai barang yang mewah. Padahal jika barang ini dapat dikelola secara sungguh-sungguh, maka statistik ini bisa menjadi kekuatan yang hebat.

Sofwan berharap, BPS atau nantinya Badan Data dan Statistik Nasional melakukan diseminasi-diseminasi yang bersifat aplikatif bisa diatasi. Dia lalu menceritakan pengalaman dengan mitra kerjanya di Komisi V DPR, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG). Dia mendapati data BMKG ini sulit diakses publik. Padahal klien BMKG ini bukan hanya Pemerintah, tetapi juga berbagai kelompok masyarakat yang membutuhkan data BMKG seperti petani, nelayan dan seterusnya.

Baca: Ganjar Pranowo Harap Masalah Gas Melon Cepat Tuntas

“BMKG ini kan dibiayai oleh negara triliunan, tetapi kemudian masyarakat nggak bisa dapat akses. Padahal yang butuh data besok mau hujan di kampung itu petani. Besok yang butuh data besok mau ada badai itu adalah nelayan,” ujarnya.

Akhirnya, lanjut dia, rekomendasi Komisi V DPR ini ditindaklanjuti BMKG dengan membuat layanan aplikasi dan produk yang bisa push Whastsapp (WA) atau Pesan Singkat (SMS) sesuai dengan lokus di tempat itu. Sehingga ketika misalnya BMKG prediksi dilokasi tersebut hujan, maka petani bisa antisipasi.

Jika BPS bisa melakukan hal serupa dengan menciptakan terobosan diseminasi data statistik yang dapat dipahami dengan mudah, maka ini akan berkontribusi besar di dalam membangun tradisi berpikir bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Sehingga, nanti terbangun tradisi dalam masyarakat kita bahwa di dalam pengambilan keputusannya itu tidak lagi menggunakan mistika, insting. Tapi sudah menggunakan sebuah proses berpikir logika yang di-support oleh data,” tambahnya.

Quote