Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPRD Jawa Timur, Wara Sundari Renny Pramana, menanggapi Usulan Menteri Keuangan Sri Mulyani agar literasi pasar modal dimasukkan ke kurikulum sekolah dasar memicu diskusi hangat.
Ia menilai langkah tersebut sebaiknya dipertimbangkan ulang karena masih banyak tantangan dalam sistem pendidikan dasar di Indonesia.
“Bukan tidak mungkin, tetapi terlalu dini untuk diterapkan. Sistem pendidikan kita saat ini masih membutuhkan banyak perbaikan, terutama di tingkat dasar,” ungkap perempuan yang akrab disapa Renny, Selasa (7/1/2025).
Politisi PDI Perjuangan tersebut menyatakan bahwa fokus utama pendidikan dasar seharusnya pada penguatan pondasi belajar anak.
Ia menilai, sebelum menambahkan materi seperti literasi pasar modal, sistem pendidikan harus lebih stabil dan relevan dengan kebutuhan dasar anak-anak.
“Materi seperti pasar modal membutuhkan pendekatan yang lebih matang. Sementara itu, anak-anak SD perlu dikuatkan pada hal-hal mendasar seperti literasi, numerasi, dan pembentukan karakter,” jelasnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya menyatakan bahwa literasi pasar modal di Indonesia masih rendah, dengan partisipasi masyarakat yang terbatas di bursa saham.
Ia mengusulkan agar edukasi pasar modal dimulai sejak dini untuk membangun generasi muda yang lebih siap menghadapi dunia investasi.
Namun, menurut Renny, usulan ini perlu dikaji secara mendalam. Ia menyebutkan bahwa sistem pendidikan di luar negeri tidak bisa langsung dibandingkan dengan Indonesia.
“Negara maju mungkin sudah siap dengan kurikulum seperti ini karena sistem pendidikan mereka lebih modern dan mendukung. Di Indonesia, kita masih berupaya memperbaiki infrastruktur pendidikan dasar,” tuturnya.
Sebagai alternatif, Renny menyarankan agar pemerintah lebih memprioritaskan pembentukan karakter anak-anak melalui pendidikan nilai, seperti moral, keagamaan, dan cinta tanah air.
“Generasi yang kuat adalah mereka yang memiliki karakter kokoh. Jika ini sudah terbangun, barulah materi seperti pasar modal bisa dipertimbangkan,” tegasnya.
Selain itu, Renny juga menekankan perlunya strategi pendidikan yang kontekstual dengan kebutuhan lokal.
“Pendidikan harus sesuai dengan tantangan di lapangan, bukan sekadar meniru praktik negara lain. Fokus kita harus pada bagaimana membentuk anak-anak yang siap menghadapi masa depan dengan fondasi karakter yang kuat,” pungkasnya.
Sumber: lenteratoday.com