Jakarta, Gesuri.id - Putra tunggal Ganjar Pranowo dan Siti Atikoh, Muhammad Zinedine Alam Ganjar turut menyoroti masalah kemiskinan dan tingkat pengangguran yang ternyata masih cukup tinggi di provinsi Banten.
Alam lantas menyebut kemiskinan dan tingkat pengangguran yang tinggi di provinsi Banten menjadi catatan penting untuk berbagai pihak.
"Kita mendapatkan prespektif baru, dimana ada menyuarakan terkait dengan rendahnya angka lapangan pekerjaan dan tingginya tingkat kemiskinan yang ada di provinsi Banten dan ini sudah menjadi persoalan yang berlarut-larut," ujar Alam saat menghadiri kegiatan Mimbar Demokrasi Komunitas Muda Bicara Pemilu di Taman Kopi, Kota Serang, Banten, Kamis (1/2).
Baca: 3 Bandara Dibangun di Era Ganjar
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bahwa Provinsi Banten masih menjadi daerah yang paling banyak pengangguran dibandingkan wilayah lain di RI.
BPS mencatat, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di daerah ini sebanyak 486,35 ribu orang atau 7,97 persen.
Hal tersebut mendorong perhatian dari Alam beserta Komunitas Pemuda Banten bahwa persoalan ini harus jadi perhatian dalam menyusun prioritas program pada periode kepemimpinan Indonesia di masa mendatang.
Maka, menurut Alam, menjadi aspek penting bagaimana lapangan pekerjaan harus terus disesuaikan, perlu ada belasan juta lapangan pekerjaan yang dibentuk agar supply demand bisa seimbang, saling ketemu satu sama lain.
"Oleh karena itu, pendidikan harus di reformasi dan dibentuk penyerapan vokasi yang lebih baik serta perlu adanya sistem model vokasi yang langsung match and making ke industri itu menjadi lompatan yang luar biasa," kata Alam.
"Kemudian ada salah satu infrastruktur yang tak kalah pentingnya yaitu infrastruktur digital dan itu menjadi suatu hal yang esensial bagi saya, bagaimana penyediaan akses internet gratis secara merata yang tersebar hingga ke pelosok agar masyarakat memperoleh kesempatan yang sama untuk belajar," lanjutnya.
Baca: Lima Kelebihan Gubernur Ganjar Pranowo
Apalagi Indonesia saat ini memasuki era bonus demografi, di mana penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif.
Hal tersebut menjadi catatan bagaimana memanfaatkan momentum tersebut dan mempersiapkan secara optimal terutama keterlibatan pemuda dalam mengeksekusi setiap program pembangunan yang dilakukan.
Dari jumlah tersebut, ada 190,83 juta jiwa (69,3%) penduduk Indonesia yang masuk kategori usia produktif (15-64 tahun). Terdapat pula 84,53 juta jiwa (30,7%) penduduk yang masuk kategori usia tidak produktif.