Jakarta, Gesuri.id - Calon Presiden nomor urut 01, Joko Widodo berjanji akan mengeluarkan tiga kartu sakti baru jika nanti kembali terpilih sebagai presiden periode 2019-2024. Itu adalah Kartu Sembako Murah, Kartu Indonesia Pintar Kuliah, dan Kartu Pra Kerja.
Baca: Kiai Ma'ruf: Tiga Kartu Sakti Jokowi Demi Indonesia Maju
Direktur Milenial tim kampanye nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Bahlil Lahadalia menyebutkan tiga kartu sakti tersebut bukti kekonsistenan Jokowi untuk Indonesia maju.
"Pikiran-pikiran besar Pak Jokowi dalam rangka mendorong SDM bukan dari pikiran orang lain. Tapi itu lahir atas dasar yang pernah hidup susah," ungkap Bahlil di media center Jokowi-Ma'ruf Amin, Jalan Cemara nomor 19, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (26/2).
Kartu Indonesia Pintar Kuliah misalnya, Bahlil mengatakan pemikiran itu lahir dari pengalaman pribadi Jokowi yang pernah merasakan sulitnya mengenyam bangku pendidikan karena terbentur biaya. Karenanya, capres petahana itu tak ingin generasi muda sulit dalam meraih pendidikan dan mendapatkan pekerjaan.
"Kartu Indonesia Pintar Kuliah, nah itu terjadi atas dasar kesadaran beliau ketika tamat SMA hidupnya susah, bayar kuliah susah. Lalu kemudian beliau menyampaikan beliau tidak ingin lihat generasi muda hidup menderita sepertinya, jadi lahirlah itu," ucap Bahlil.
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HPMI) ini melanjutakan apa yang dikerjakan oleh Jokowi selama empat tahun menjabat sebagai kepala negara, semata-mata untuk rakyat. Sehingga banyak dari programnya yang berpihak pada masyarakat kecil.
Kepedulian Jokowi ini pun lahir dari pengalaman pribadinya yang pernah merasakan hidup susah hingga kini dan bisa menjadi Presiden RI.
Baca: Jokowi Perkenalkan Program Baru Tiga Kartu Sakti
"Jangan pernah berpikir jadi pemimpin apabila tidak pernah hidup dan besar di kampung. Yang bisa memahami yang kampung adalah pemimpin yang pernah hidup di kampung. Yang pernah memahami orang susah adalah pemimpin yang pernah susah," katanya.
Menurut Bahlil, jika ada seorang pemimpin yang dari lahir sudah kaya namun berpura-pura miskin, maka orang itu telah melakukan kebohongan publik demi mencapai satu tujuan.
"Kalau ada pemimpin yang tidak pernah susah, tapi seolah-olah dia belajar susah, itu namanya pemimpin sandiwara," imbuhnya.