Jakarta, Gesuri.id - Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko tak persoalkan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin kerap menciptakan sensasi dalam setiap kampanye politiknya. Menurutnya menambahkan sensasi di dalam menyampaikan gagasan diperlukan dalam kampanye.
Baca: Istilah Politisi Sontoloyo dan Genderuwo Kampanye Negatif
"Sejauh gimmick atau sensasi itu tidak menghilangkan esensi, enggak ada masalah," kata Budiman di Jakarta, Kamis (14/11).
Budi menilai Jokowi telah memiliki esensi. Esensi yang ia maksud adalah pengalaman dan program yang dilakukan Jokowi selama menjabat sebagai presiden. "Nah, sekarang kita lagi mau tarik itu ke dalam sensasi, tapi esensinya nggak hilang," ujar influencer TKN Jokowi-Ma'ruf.
Budi pun mengaku masih menunggu esensi apa yang akan disampaikan oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Ia mengimbau kepada BPN untuk tidak terus menciptakan sensasi.
"Jangan sensasi melulu dong. Kami sudah ngomong esensi nih dan kami mau pakai sensasi juga tapi sekarang bagaimana?," ucapnya.
Baca: Pilpres 2019, Kiai Ma'ruf Siap Dongkrak Suara di Jabar
Lebih lanjut Budi menjelaskan bahwa kata-kata 'sontoloyo' dan 'genderuwo' adalah kata-kata sensasi yang memiliki akar esensi. Ia mengatakan bahwa ada alasan mengapa kata-kata tersebut disampaikan.
"Bahwa dia menggunakan istilah genderuwo ya itu kan sebuah padanan, sebuah metafor, sebuah analogi. Sontoloyo itu kan sebenarnya tukang angon bebek yang membawa bebek dan menggiring bebek. Nah politisi sontoloyo adalah seseorang yang menggiring pendukungnya untuk datang pergi kemana saja," jelasnya.