Jakarta, Gesuri.id - Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko yang kembali maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPR RI Dapil Jawa Timur diperkirakan gagal melenggang ke Senayan untuk kali ketiga.
Dari pembicaraan di media sosial twitter, Budiman menyampaikan dirinya terpecah konsentrasi ke pilpres untuk pemenangan pasangan Joko Widodo- Ma’ruf Amin, sebagai juru bicara TKN (Tim Kampanye Nasional).
Budiman juga mengaku bahwa sumber daya yang ia miliki sangat terbatas, sehingga lebih baik jika digunakan untuk sesuatu yang lebih prioritas. Budiman bahkan menyebutkan bahwa Indonesia itu lebih besar dari sekedar dapil.
"Pecah konsentrasi saya ke pilpres. Itu lbh menentukan arah Indonesia drpd saya jd DPR. Sumber daya saya terbatas, lebih baik utk yg lebih prioritas. Indonesia lbh besar dr dapil," kicau twitter resmi Budiman @budimandjatmiko, Senin (29/4).
Budiman lantas memberikan tanggapan bahwa menang dan kalah adalah hal yang biasa.
“Pernah menang, pernah kalah. Biasa aja. Nanti menang lagi. Itu juga biasa," tulis Budiman yang juga menautkan emoticon senyum dalam kicauannya itu.
Budiman lantas menuliskan quote terkait pertarungan. "Dalam perang, kita mati sekali. Dalam politik, kita mati berkali2" --Winston Chutchill-- (Catatan: utk bisa mati berkali2, seseorang pasti pernah hidup berkali2)," tulisnya.
Sebetulnya Budiman menyebutkan, dirinya pernah meminta Sekjen PDI Perjuangan untuk tak kembali dicalonkan pada Pileg 2019 karena sudah menjadi anggota DPR selama 2 periode. Budiman mengaku, dirinya memiliki ketertarikan lain di bilang inovasi sosial dan teknis Revolusi 4.0.
"Saya tahu batas diri saya. Krn itu saya dulu minta izin Sekjen @PDI_Perjuangan utk tdk mencalegkan lagi pd 2019 setelah pernah jd wakil rakyat 2 periode. Passion saya sdh ke yg lain. Mencari tantangan2 baru dlm inovasi sosial & teknis #Revolusi 4.0.," tulis dia.
Budiman juga tampak kembali berkicau soal mati dalam politik. Ia menyebutkan bahwa dirinya pernah mati dalam pertarungan kebebasan, namun hidup kembali pada 1998, saat reformasi. Dirinya hidup kembali demi kesetaraan melalui UU Desa dan juga untuk periode keduanya di DPR. Namun, kini ia mati (tak lolos parlemen), dan siap untuk hidup kembali.
"Saya dulu "mati" dlm pertarungan Kebebasan, lantas "hidup" lagi di 1998. "Hidup" berlanjut demi Kesetaraan lewat @UUDesa & lanjut "hidup" u/ periode ke 2. Kini saya "mati", tp siap u/ "hidup" lagi bertarung u/ Kemajuan. 1 hal pasti: hidupku tdk membosankan," tulis Budiman.
Dalam kicauan lain, Budiman menjelaskan mati di tahun 1996 sangat berbeda di era sekarang. Ia sebut mati sekarang rasanya hambar.
“Emosinya gak seseru waktu "mati" 1996 dulu. "Mati" yg sekarang ini rasanya tawar. Mungkin andai pun menang, menangku pun tawar rasanya (gak spt waktu Soeharto jatuh 1998, lolos DPR pertamakali 2009 & @UUDesa gol pd akhir 2013)," kicau Budiman.