Palembang, Gesuri.id - Calon Presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo menceritakan pengalamannya sebagai seseorang yang tak diperhitungkan atau underdog saat Pilkada Jawa Tengah.
Juga bagaimana dirinya hadir sebagai seorang kader PDI Perjuangan yang dididik dan digembleng, melibatkan tokoh-tokoh seperti Megawati Soekarnoputri serta Alm.Taufiq Kiemas.
Ganjar berterima kasih dirinya kini ditugaskan sebagai calon presiden dari PDIP oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Dijelaskannya, itu bukanlah penugasan pertama dirinya. Ia pernah ditugaskan di Badan Pendidikan Dan Pelatiihan PDI Perjuangan. Lalu ditugaskan menjadi calon anggota legislatif.
Baca: Eko Serukan Kobarkan Api Perjuangan Bung Karno di Hati Bacaleg
“Jadi penugasan-penugasan yang diberikan kepada kami itu adalah bagian dari keseriusan sebagai kader sekaligus menguji kita sendiri apakah kita cukup serius,” kata Ganjar di hadapan ribuan kader PDI Perjuangan Sumatera Selatan yang sedang konsolidasi di GOR Jakabaring, Palembang, pada Sabtu (20/5).
Ia melanjutkan, dirinya tak pernah bermimpi, namun tiba-tiba ditugaskan menjadi calon gubernur Jawa Tengah. Padahal saat itu Ganjar sedang menyiapkan diri untuk maju lagi sebagai calon anggota DPR.
“Tiba-tiba secara mendadak kami ditugaskan, saya ditugaskan untuk maju pemilihan gubernur di Jawa Tengah. Tahu nggak? Saat itu popularitas saya hanya 7 persen, elektabilitas saya hanya 3 persen. Dan harus men-challenge (menantang, red) seorang imcumbent yang punya pengalaman menjadi pangkostrad bintangnya tiga, incumbent,” kata Ganjar.
Yang dimaksudnya adalah Pilgub Jateng saat harus menghadapi purnawirawan TNI Bibit Waluyo. Akhirnya Ganjar yang menang. Dan menurutnya, itu bisa terjadi karena gotong royong dan kekompakan kader PDI Perjuangan dan pendukungnya.
“Kalau saat itu PDI Perjuangan Jateng tidak kompak, tidak ada satupun rumus kemenangan itu,” kata Ganjar lagi.
Ganjar mengaku selain kepada kader PDI Perjuangan dan pendukung, ungkapan terima kasih perlu diberikan kepada sejumlah pihak.
“Terima kasih saya berikutnya, saya belum lupa, pada saat mau diwawancara sama ibu, saya digandeng oleh seseorang, namanya Prananda Prabowo. Saya dirangkul, digeret masuk duduk di dalam, yang di dalamnya sudah komplit ada Ibu Mega, ada (Alm) Mas Tjahjo (mantan Sekjen PDIP), dan ada Mas Prananda. Ada kami diskusi pada saat itu. Oke kamu sosialisasi, tapi menunggu keputusan dari saya. Saya katakan ‘siap bu’,” urai Ganjar.
“Dan pada saat kami sosialisasi, kemudian terakhir agendanya diketok bahwa saya direkomendasi (jadi cagub Jateng). Di ruangan tadi ada satu orang, dan itu menjadi panglima tempur. Dan sosok ini darahnya juga dari bumi Sriwijaya, Palembang, yakni Mbak Puan Maharani,” kata dia.
Lalu Ganjar bercerita satu sosok pagi. Yakni Alm.Taufiq Kiemas. Ia mengingat, selalu dimarahi oleh almarhum jika bertemu. Banyak yang menyarankan Ganjar untuk menolak jika dipanggil almarhum. Namun Ganjar justru melihat marahnya Almarhum Taufiq Kiemas bukan marah sebenarnya.
Baca: Ahmad Basarah Tegaskan Politik Identitas Berbahaya!
“Yang saya baca, Mas Taufiq itu sedang tidak memarahi saya. Dia sebenarnya sedang menggembleng mental saya, apa kita ciut atau kemudian kita berani. Begitu saya direkomendasi, kami bertempur, kami menang, pertama yang saya lapori adalah Bapak Taufiq Kiemas,” beber Ganjar.
“Njar, sini Njar. (Lalu Alm Taufiq berkata kepada wartawan) hai para wartawan, anak ini, dulu waktu mau maju (Pilgub Jateng), underdog dan dia bisa memenangkan. Begitu kata beliau. Wah saya dipeluk sama beliau dan saya diajak pesta makan nasi bungkus di ruang kerjanya. Itu luar biasa. Setelah itu kami berbincang dan saya dipeluk-peluk lalu saya difoto. Difotonya bertiga, ada Mas Taufiq, ada saya, ada mbak Puan. Itu foto saya pasang di rumah saya sebagai saksi bagaimana cara partai ini, beberapa tokohnya menggembleng kadernya dengan gayanya masing-masing. Saya orang yang beruntung mendapatkan itu,” bebernya.
Sayangnya, kata Ganjar, itulah pertemuan terakhir, karena kemudian Taufiq berangkat melaksanakan tugasnya sebagai Ketua MPR ke Ende, NTT, namun jatuh sakit. Setelah dirawat, Taufiq Kiemas meninggal dunia.