Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat mengungkapkan ada banyak pelanggaran yang terjadi akan kekalahan Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala di Pilgub Sumut dari Bobby
"Di dalam pilkada menang dan kalah itu adalah hal yang wajar. Persoalannya adalah di dalam memenangkan proses demokrasi dalam negara, apakah kira-kira nilai-nilai demokrasi, norma-norma negara, itu bisa dilaksanakan dengan baik atau tidak," kata Djarot di Kantor DPP PDI Perjuangan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/11).
Berdasarkan quick count final Indikator Politik, Bobby-Surya unggul dengan 62,71 persen suara. Edy-Hasan hanya merengkuh 37,29 persen.
Baca: Ganjar Suntik Semangat Kader Banteng Kabupaten Malang
"Apakah di dalam memenangkan pasangan calon tertentu itu juga ada etika moral dalam diri seseorang maupun negara," imbuh dia.
Djarot menegaskan, banyak hal yang tak baik dari kemenangan Bobby di Sumut. Apalagi Bobby merupakan menantu Presiden ke-7 RI Joko Widodo.
"Kasus di Sumatera Utara itu sangat jelas, kita sendiri berhadapan dengan Mas Bobby Nasution mantu mantan Presiden Jokowi. Maka berbagai macam cara dilakukan untuk bisa-bisa memenangkan Bobby menggunakan faktor kondisi bansos, menggunakan Pj kepada daerah-daerah dan desa," urainya.
Kata dia, kader PDI Perjuangan dan relawan di Sumut sudah merekam berbagai momen dugaan penyalahgunaan kekuasaan. Mereka pun akan melapor ke Bawaslu.
"Teman-teman di Sumatera Utara sudah mengumpulkan bukti-bukti baik itu beberapa bentuk video rekaman kemudian surat menyurat rencananya semua dan melaporkan kepada Bawaslu."
Djarot mencontohkan di Kota Medan, politik bansos sangat kuat. Hal itu juga terjadi di daerah lain.
"Politik bansos misalnya bukan hanya mewakilkan beras nasional atau Bobby Nasution tapi juga secara tersebar merata di beberapa kota," katanya.
Ia juga menyinggung soal adanya intimidasi. Djarot juga membahas peran 'Partai Cokelat'.
Baca: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo
"Termasuk juga intimidasi Partai cokelat kepada pemerintah desa di sana untuk dijadikan sebagai tim sukses di dalam pemungutan suara dan ada oknum-oknum di polsek untuk mengamankan suara itu," ungkap dia.
"Saya bertemu dengan beberapa teman di sana termasuk orang-orang desa yang diintimidasi oleh Partai cokelat, saya bilang sebaiknya kalau bicara apa adanya dan mau bersaksi tapi dia takut kenapa? Karena akan dicari-cari dan sudah dicari-cari salahnya terutama di dalam pemerintahan dan anggaran desa," urai Djarot.
Menurutnya, akhirnya para relawan dan kader tak berani melapor. "Semua ini suruh mereka hingga mereka merasa ketakutan. Inilah bentuk intimidasi secara nyata dan dia mengatakan pada saya mohon maaf Pak Djarot saya tidak berani," tuturnya.