Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari berjanji memperjuangkan Kedaulatan Pangan dan Penyelamatan Lingkungan yang merupakan program di Nawacita kedua Pasangan Calon Paresiden dan Wakil Presiden Jokowi dan KH Ma'ruf Amin.
Hal itu ia ungkapkan dalam surat pribadi ke pemilih berjudul “Surat Sapa Warga”, baru-baru ini.
Komitmen tersebut sudah dibuktikan Eva dengan membuat demplot di lima kecamatan di wilayah Kabupaten Kediri yang meliputi Kecamatan Ngancar, Kandangan, Gurah, Wates, dan Tarokan.
Sedangkan di Kabupaten Tulungagung, Eva menggalakkan program Kedaulatan Benih Padi Lokal Mari Sejahterakan Petani (MSP).
Sejak Juli 2018 lalu, Eva Sundari juga sudah melakukan gerakan menanam sayur hidroponik di 10 kelurahan di Dapil Jatim IV.
Eva juga mengatakan, untuk isu lingkungan, dirinya mengajak para Calon Anggota Legislatif (Caleg) perempuan lokal untuk menyisipkan tema kampanye pro Lingkungan Hidup berupa strategi 4R, Yakni, Rethink (memikir ulang), Reduce (pengurangan), Reuse (Pakai Ulang), Recycle (daur ulang).
Dalam realisasinya, Eva mengaku selama kampanye pemilihan legislatif dirinya sudah membagikan lebih dari 2.000 tas belanja untuk pengganti tas plastik kepada para pemilih khususnya kaum Ibu.
“ Ibu-ibu, mari kita wariskan bumi dan lautan yang bersih dari sampah plastik kepada anak cucu dan cicit kita. Plastik hanya bisa terurai dalam 400 tahun, apalagi Indonesia penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China,” pesan Eva Sundari ketika tiap kali membagikan tas belanja kepada kaum ibu.
Menariknya, tas untuk pengganti kantong plastik yang ia bagikan selama ini adalah hasil kreasi para eks Tenaga Kerja Indonrsia (TKI) yang tergabung dalam Pertakina (Perkumpulan TKI Purna). Tas-tas itu dijual sangat murah yaitu Rp 10 ribu/buah dengan kapasitas sebanding dengan 2 tas plastik seberat 5 kilogram.
"Respon para ibu sering terlihat gembira sekaligus kaget kebingungan dengan souvenir di luar dugaan ini" Kata Eva.
Eva menambahkan, menurutnya isu lingkungan perlu mendapat perhatian serius dari banyak pihak karena respon kalangan pemilih masih rendah.
“Perlu banyak champion dan pelembagaan yang radikal. Ini isu penting tetapi kita terlambat meresponnya walau pemerintah telah mengintegrasikan SDGs tapi pemahaman awam masih lemah,” ungkap Eva.