Jakarta, Gesuri.id - Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Ganjar Pranowo-Mahfud MD menjanjikan akan mengentaskan kemiskinan secara nasional. Wacana ini disampaikan Ganjar-Mahfud dalam visi misi yang mengangkat tema 'Menuju Indonesia Unggul Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari'.
Program pengentasan kemiskinan itu tertulis dalam nomor pertama yang mencanangkan untuk mempercepat pembangunan manusia Indonesia unggul yang berkualitas, produktif, dan berkepribadian. Program pengentasan kemiskinan ini tentu untuk meningkatkan taraf hidup dan pendidikan warga Indonesia.
Ganjar-Mahfud mencanangkan kualitas warga Indonesia dengan menghadirkan program satu sarjana untuk keluarga miskin. Sebab, Ganjar dalam beberapa kesempatan meyakini peningkatan pendidikan akan memengaruhi kualitas hidup masyarakat.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengapresiasi wacana yang didengungkan Ganjar-Mahfud itu. Pengentasan kemiskinan mudah dicapai dengan mengubah cara pandang dan pendidikan dari setiap warga Indonesia.
"Kalau mengurangi tingkat kemiskinan mungkin. Jadi konteks kalau merealisasikan tingkat kemiskinan bisa jadi," kata Ujang kepada JawaPos.com, Selasa (31/10).
Dalam agenda perencanaan pembangunan nasional ke depan, Ganjar-Mahfud menjanjikan tingkat kemiskinan turun pada angka 2,5 persen dan kemiskinan ekstrem 0 persen. Mengutip laporan Badan Pusat Statistik (BPS), disebutkan per Maret 2023 penduduk miskin sebesar 9,36 persen.
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 25,90 juta orang, menurun 0,46 juta orang terhadap September 2022 dan menurun 0,26 juta orang terhadap Maret 2022.
Oleh karena itu, Ujang berharap Ganjar-Mahfud bisa merealisasikan janjinya. Sehingga tidak hanya konstitusi di atas kertas, melainkan praktiknya benar terjadi.
Selain itu, Ganjar-Mahfud juga bertekad akan memelihara fakir miskin dan anak terlantar. Hal ini sebagai strategi untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.
"Saya melihat program itu bagus, tetapi apakah bisa direalisasikan?," ucap Ujang.
Ganjar Pranowo sempat menyatakan pendidikan menjadi kunci dalam pemberantasan kemiskinan di Indonesia. Karena itu, Ganjar bertekad menghadirkan satu sarjana untuk keluarga miskin.
"Penting untuk mencanangkan program satu keluarga miskin satu sarjana," ungkap Ganjar di hadapan ribuan mahasiswa saat memberikan kuliah umum di Kampus Universitas Kristen Maranatha Bandung, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
"Saya orang yang meyakini bahwa untuk menyelesaikan problem kemiskinan, yang terbaik adalah dengan pendidikan. Karena saya sendiri contohnya," sambungnya.
Ganjar menceritakan, dia yang berasal dari keluarga sangat sederhana bisa berhasil seperti saat ini karena pendidikan. Kalau dia tidak sekolah, maka mungkin nasibnya tidak seperti saat ini.
"Di situ peran negara hadir. Bagaimana agar seluruh masyarakat Indonesia bisa mengakses pendidikan dengan baik," tegas Ganjar.
Selain itu, Ganjar mempunyai pengalaman dalam memutus kemiskinan dengan pendidikan. Saat memimpin Jawa Tengah, ia membuat sekolah boarding gratis untuk warga miskin bernama SMK Negeri Jateng.
"Semuanya gratis, tidur gratis, makan, sepatu, seragam, tas semuanya kami biayai. Dan yang bisa masuk ke sekolah itu syaratnya dari keluarga miskin," papar Ganjar.
Ganjar mengklaim, program itu terbukti ampuh. Anak-anak miskin yang terancam tidak bisa sekolah akhirnya bisa mengenyam pendidikan. Hebatnya lagi, sekitar 100 persen lulusannya tidak ada yang menganggur.
"Mereka bekerja di perusahaan besar, ada yang di Jepang, Jerman, Korea Selatan, dan lainnya. Mereka menjadi tulang punggung keluarga. Saya terharu ketika mereka mengatakan bisa melunasi utang keluarga, membeli rumah, tanah, dan lainnya. Mereka bisa mengangkat keluarga dari jurang kemiskinan," pungkasnya.