Jakarta, Gesuri.id - Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menilai proyek Food Estate (lumbung pangan) belum menunjukkan keberhasilannya.
Proyek food estate bisa terlaksana dengan baik kalau dilakukan orang-orang profesional di bidangnya.
"Oke food estate itu bagus, tempatnya di mana, siapa yang melaksanakan, harus orang profesional," ujar Ganjar di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (3/2).
BaCa: Ganjar-Mahfud Bersilaturahmi ke Kantor KWI
Selama ini proyek food estate justru merusak hutan dan menebang pohon-pohon serta memaksakan mengganti dengan penanaman bahan komoditas pangan seperti jagung dan singkong. Padahal, proyek food estate itu harus melibatkan petani dan tenaga profesional jika ingin berhasil.
"Siapa yang melaksanakan, harus orang profesional. Nggak ada petani yang nggak sanggup menanam singkong, kasih tumbuhlah petani, nggak perlu orang lain, kasih kepada ahlinya. Maka saya tanya land clearing seperti itu kayunya ke mana, food estatenya gagal," kata Ganjar.
Mantan Gubernur Jawa Tengah ini juga menyinggung proyek food estate tidak dilakukan di tanah-tanah yang subur, tapi justru di tanah gambut seperti Kalimantan. Padahal, ketika bicara tanah yang subur, Ganjar mencontohkan tempat di Merauke, Papua, yang bisa dimanfaatkan tentu dengan pemerintah yang memfasilitasi.
"Kenapa food estatenya tidak di tempat-tempat subur, di Merauke umpama yang menyerap tenaga kerja rakyat lalu pemerintah memfasilitasi," ujarnya.
Dari sinilah, dia menilai program setiap pasangan calon realistis atau tidak. Selain itu, rekam jejak program yang pernah dijalankan masing-masing kandidat juga bisa dinilai, apakah rencana proyek itu hanya mimpi belaka atau bisa direalisasikan.
BaCa: Ini Profil Singkat Ketua TPD Ganjar-Mahfud Provinsi Sumatera Selatan
"Maaf saya ceritakan ini, kita bukan menebar janji, memang kita membuat program, kisi-kisi program untuk meyakinkan mereka. Kemudian kita sampaikan kepada publik, apa yang mau kita kerjakan," kata Ganjar.
"Yang kita sampaikan tinggal publik melihat, karena dari di antara kandidat terpercaya, debat itulah sebenarnya yang menjadi ukuran awal. Satu mimpinya dia apa, bagaimana cara mencapai itu, terakhir kamu punya program kerja untuk melaksanakan itu nggak," sambungnya seperti yang dikutip melalui laman Sindonews.com.