Jakarta, Gesuri.id - Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo berkomitmen mengembangkan kebudayaan Indonesia.
Menurutnya, tak sedikit produk-produk dari para budayawan hingga seniman, baik itu lagu, tarian, buku maupun intelektual property lainnya yang seringkali belum mendapatkan perhatian. Baru dirilis dibajak, orang menggunakan tidak membayar royalti.
BaCa: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo
"Jadi, ini adalah masalah yang secara penegakan hukum mesti dilakukan dan kita musti serius karena kalau ruang ini dijaga, dikembangkan, termasuk regulasinya kita atur dan hukumnya ditegakkan. Hari ini akan berkembang luar biasa," Kata Ganjar saat mendatangi Pondok Budaya Ndalem Wongsorogo di kawasan Sidorejo, Kendal, Jawa Tengah, Selasa (23/1).
Menurutnya, dengan berkembangnan budaya dan seni, Indonesia tak hanya akan bergantung pada kekayaan alam saja. Apalagi, SDM, seni, budaya, hingga ekonomi kreatifnya bagus busa menjadi tempat alternatif yang tidak akan merusak alam.
"Meskipun kita hati-hati karena juga bisa merusak mental. Hati-hati ya. Tapi ini adalah industri yang potensial sangat tinggi mesti dijaga," tuturnya.
Ganjar menerangkan, Pondok Kebudayaan asuhan Gus Paox itu sudah ratusan tahun berdiri, yang mana di pondok itu telah banyak orang belajar. Terbukti, santrinya tidak hanya mengaji Al-Qur'an saja, tafsir, kitab, tapi tetap juga belajar kebudayan hingga belajar kesenian.
BaCa: Ganjar Pranowo Berpeluang Dapatkan Trah Gelar Wahyu Mataram
"Jadi, istilahnya itu jiwa raganya belajar di sini, maka ini model-model pondok pesantren yang cukup lengkap dengan tradisi Keindonesiaan yang ada, kerajinan tangan, batik ada, silat ada, main gamelan ada, bermusik ada, barongan ada di sini, besalen, jadi cukup lengkap yang ada di sini," kata mantan Gubernur Jawa Tengah ini.
Diharapkan, tambah Ganjar, itu menjadi bagian dalam mengembangkan dan menjaga budaya Indonesia agar bisa punya karakter yang cukup kuat, punya kepribadian dalam kebudayaan.
Apalagi, banyak budayawan hingga seniman yang menyampaikan padanya tentang mengapa tidak bicara pertahanan budaya dan berbicara tentang strategi kebudayaan.