Mataram, Gesuri.id - Anggota Komisi 2 DPRD NTB, Made Slamet menegaskan naiknya harga beras yang melejit menunjukkan pemerintah telah gagal untuk menghadirkan pangan murah bagi masyarakat.
Diketahui, harga beras dipasaran kian melejit, untuk beras premium harganya kini sudah Rp 17.000;/kilogram sedangkan untuk beras kwalitas medium harganya sudah mencapai Rp 16.000;/kilogram.
Harga ini jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No.7/2023 sebesar Rp10.900 – Rp11.800 per kilogram untuk beras medium dan Rp13.900–Rp14.800 per kilogram untuk beras premium.
"Pemerintah telah gagal dalam program pangan ini," ujarnya, dikutip Jumat (23/2/2024) di laman hariannusa.com.
Menurutnya, biaya produksi yang sangat tinggi menjadi faktor utama naiknya harga beras. Untuk itu Made Slamet berharap, agar pemerintah memberikan perhatian lebih di sektor pertanian.
"Subsidi untuk pertanian dan petani itu sendiri harus ditingkatkan, selama ini kan biaya produksi pertanian ini mahal, contohnya harga pupuk dan obat-obatan saat ini kan sangat mahal," ujar Politisi PDI Perjuangan tersebut.
Naiknya harga beras ini disebutnya sebagai anomali, dimana petani sendiri justru tidak menikmati dari kenaikan harga beras tersebut.
"Harga jual gabah petani kan relatif murah, sedangkan petani sendiri membeli beras dengan harga yang tinggi," katanya. Ia khawatir kondisi seperti ini jika terus berlanjut justru akan membuat para pertani beralih ke sektor atau bidang pekerjaan lainnya.
Untuk itu ia berharap agar pemerintah lebih memperhatikan sektor pertanian dengan meningkatkan subsidi pertanian dan juga subsidi bagi petani.
"Karena kan dengan kondisi yang terus seperti ini petani bisa jadi terpuruk. Kerana itu kita berharap agar pemerintah meningkatkan subsidi pertanian dan juga subsidi untuk petani itu sendiri," pungkasnya.