Jakarta, Gesuri.id - Para pedagang di Pasar Tradisional Kalimalang, Cakung, Jakarta Timur, mengeluhkan sikap calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno yang kerap melontarkan isu harga pangan mahal. Pasalnya hal itu dinilai terlalu memojokan pedangan tradisonal demi kepentingan kapitalis ritel mall besar.
Baca: Safari Kebangsaan Kelima PDI Perjuangan Keliling Jakarta
Ketua Umum Komite Pedagang Pasar (KPP) Abdul Rosyid Arsad mengatakan, pernyataan-pernyataan paslon 02 soal mahalnya harga pangan justru mengkhawatirkan para pedagang kecil.
"Harga barang jualan pedagang nantinya dianggap sama mahalnya dengan harga barang di ritel modern yang ada di mal hingga pada akhirnya masyarakat pun malas belanja ke pasar tradisional," ucap Abdul kepada Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan di sela-sela Safari Politik Kebangsaan ke V di Pasar Tradisional Kalimalang, Cakung, Jakarta Timur, Sabtu (19/1).
Lebih lanjut, Abdul menganggap isu yang kerap dilontarkan oleh Sandiaga adalah metode untuk menghancurkan pasar tardisional menjadi modern dalam bentuk mall.
"Pasar sepi akibat omongan Sandiaga Uno bahwa harga bahan pokok di pasar mahal. Pedagang pasar membantah ini," ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, Hasto meminta para pedangang untuk tidak panik. Dia mengatakan seharusnya, pasar ditata sebagai basis perekonomian rakyat dan daya tarik pariwisata seperti yang ada di beberapa negara sahabat seperti Thailand dan India.
"Penataan pasar yang sebenarnya itu bisa jadi tempat menarik bagi turis mancanegara untuk datang dan bisa merasakan seluruh kekayaan kuliner kita termasuk seluruh aneka bumbu yang luar biasa. Disitu kita masih kalah dengan Thailand, India di dalam pengelolaan pasar tradisional," ujar Hasto.
Baca: Jokowi: Orang Kaya ke Pasar, Tidak Belanja Tapi Bilang Mahal
Hasto mengatakan, salah satu hal yang menjadi fokus dan ciri utama Jokowi-Ma'ruf Amin adalah ekonomi kerakyatan, dengan memperhatikan para pedagang tradisional.
"Mereka bertekad menjadikan Jakarta jadi Ibu Kota yang membanggakan kita bersama dan diukur dari peradabannya, diukur dari kebudayaannya, diukur dari penataan pasarnya," pungkasnya.