Ikuti Kami

Husain-Asrul: Pilihan Tepat di Tengah Badai Korupsi Pejabat Malut

Oleh: Mansur Abisan, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya Jakarta

Husain-Asrul: Pilihan Tepat di Tengah Badai Korupsi Pejabat Malut

Jakarta, Gesuri.id = Dukungan yang terus mengalir dari tokoh-tokoh berpengaruh suku Makian-Kayoa (Makayoa) semakin mengukuhkan pasangan calon (paslon) Sultan Husain Alting Sjah dan Asrul Rasyid sebagai sosok yang diterima luas oleh masyarakat Maluku Utara.

Makayoa yang juga sebagai salah satu suku besar di Malut, bukan hanya memberikan restu simbolis, tetapi juga membangun legitimasi sosial yang sangat berharga dalam kontestasi politik.

Di era politik yang semakin kompleks dan sarat dengan ketidakpercayaan publik, dukungan ini menjadi modal politik yang tak ternilai.

Lebih dari itu, Sultan (Jo’Ou) Husain tidak hanya mengandalkan warisan tradisi. Kiprahnya di panggung nasional terbukti nyata melalui kemenangan dalam pemilihan DPD RI 2019, di mana ia berhasil mengantongi 140.316 suara.

Kemenangan telak ini, yang menyapu daerah-daerah strategis seperti Tidore, Ternate, dan Halmahera Timur, menegaskan bahwa dukungan terhadap Jo’Ou Husain bukan sekadar simbolis, melainkan hadir dari basis massa yang kuat dan tersebar.

Pakar komunikasi politik, Prof. Effendy Ghazali, mencatat bahwa “Kemenangan dalam pemilihan sebelumnya memberikan modal politik yang krusial. Ini bukan hanya soal popularitas, tetapi juga mencerminkan kepercayaan mendalam dari masyarakat.”

Dalam konteks ini, kemenangan sang Sultan di DPD-RI menjadi landasan penting bagi pencalonannya, menunjukkan bahwa ia adalah figur yang mampu membawa aspirasi rakyat ke tingkat yang lebih tinggi.

Dukungan politik untuk Jo’Ou Husain semakin kuat dengan keterlibatan Irine Yusiana Roba, anggota DPR-RI dari fraksi PDI-P, dan Ketua DPD PDI-P Maluku Utara Muhammad Senen, yang dua kali menjabat sebagai Wakil Walikota Tidore.

Ini memperkuat jaringan politik yang dibangun Sultan, mempertegas kapasitasnya untuk manuver di panggung politik lokal maupun nasional.

Prof. Tjipta Lesmana menegaskan, “Dalam politik, jaringan kuat dengan partai besar menjadi penentu krusial keberhasilan kandidat dalam dinamika politik.”

Namun, salah satu keunggulan paling menonjol dari pasangan Jo’Ou Husain dan Asrul Rasyid adalah rekam jejak mereka yang bersih dari skandal hukum.

Di tengah maraknya isu korupsi yang membelit banyak kandidat lain, integritas ini menjadi nilai jual utama.

Dr. Burhanuddin Muhtadi, ahli komunikasi politik, menyatakan bahwa, “Dalam politik modern, kredibilitas dan integritas kandidat menjadi faktor utama yang diperhitungkan pemilih.”

Pemilih saat ini lebih selektif dan menghindari kandidat yang tersangkut masalah hukum, karena mereka menginginkan pemerintahan yang bersih dan transparan.

kritikalitas masyarakat digital, yang dibanjiri informasi dari media sosial dan berita harian, membuat integritas kandidat menjadi sorotan utama.

Lihat, Ketika kandidat lain dibayangi kasus hukum, Jo’Ou Husain dan wakilnya, Asrul Rasyid, tampil sebagai sosok yang bebas dari skandal.

Teori persepsi sosial dari Sherif memperkuat pandangan bahwa masyarakat cenderung membandingkan rekam jejak kandidat dengan pengalaman masa lalu.

Dalam hal ini, sang Sultan lebih unggul karena bersih dari masalah hukum yang menimpa calon lainnya.

Tak hanya itu, Asrul Rasyid, sebagai calon wakil gubernur mendampingi Jo’Ou, mendapatkan sorotan positif karena komitmennya terhadap kebebasan pers di Maluku Utara.

Dalam iklim politik yang sering menekan kebebasan berpendapat, sikap ini memperkuat posisi pasangan tersebut di mata publik yang mendambakan keterbukaan dan transparansi.

Menurut hemat penulis, Dengan modal dukungan sosial yang kuat, rekam jejak politik tanpa cacat, serta jaringan politik yang solid, Jo’Ou Husain Alting Sjah dan Asrul Rasyid menawarkan harapan akan masa depan Maluku Utara yang bersih, transparan, dan bebas dari bayang-bayang korupsi.

Sumber: newsgapi.com

Quote