Jakarta, Gesuri.id - Memasuki tahun politik di era digital, khususnya Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang, media sosial kerap dijadikan alternatif untuk melalukan kampanye.
ForuMedsoSehat mencoba mengamati penggunaan media sosial dari kedua kubu yaitu Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca: Kekuatan Berita Hoaks Semakin Masif Karena Media Sosial
Salah satu pakar media dari DGILab, Jefri Dinomo mengatakan dari aspek kesolidan, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 terlihat lebih solid dibandingkan pasangan petahana. Di media sosial, Prabowo-Sandi jauh lebih terkoordinasi dalam mengelola suatu isu.
"Kalau solid, Prabowo-Sandi terkoordinasi dengan baik. (Misalnya) untuk menggaungkan, menaikkan salah satu isu setelah itu diviralkan. Kalau dilihat polanya, semacam terpusat," ujar Jefry saat menghadiri acara ForuMedsoSehat di bilangan Menteng, Jakarta, Minggu (16/12).
Namun, jika dilihat dari segi konten yang diposting di media sosial. Pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin jauh lebih unggul dibandingkan Prabowo-Sandi. I
ni terlihat di setiap postingannya pasangan petahana selalu membeberkan keberhasilan program kerjanya dalam memimpin Indonesia.
"Kalau ngomongin konten itu conversasion yang baik itu di kubu Jokowi. (Misalnya) itu lebih membicarakan ke kinerjanya," ucap Jefri.
Jefri juga mengingatkan padatnya serangan udara melalui media sosial juga berpotensi untuk memecah belah bangsa. Dia mengatakan kebanyakan informasi yang beredar memiliki kecenderungan menjadi berita hoaks jika para pengguna medsos malas mengkonfimasi atau memverifikasi informasi yang ada.
"Jadi semua harus dikonfirmasi, karena sesuatu yang positif, tak semuanya baik, Karena sekarang ini yang namnya baik itu ketika pernyataanya bersama. Isinya seperti apa kita tidak ada yang tahu," katanya.
Oleh karenanya, Jefri menekankan pentingnya literasi media bagi para pengguna media sosial. Sehingga, sebagai pengguna yang cerdas bisa memilag informasi mana saja yang bisa dibagikan kepada masyarakat luas dan mana yang berpotensi sebagai hoaks.
Baca: Pembekalan Media Sosial Kader PDI Perjuangan
"Jadi penekanannya, sebelum disebarkan dikonfirmasi dulu. Jadi bukan konten itu disampaikan langsung disebarkan. Baiknya itu konfirmasi dulu bener atau enggak, kalau nggak benar apa yang harus dilakukan, kalau benar silahkan disebarkan," lanjutnya.
"Jadi biar tidak, karena ini kan kaya bola salju kan. Jadi semakin besar gak ada yang mengcounter nantinya. Pas ditanya siapa yang bertanggungjawab nah sudah pada lepas tangan semua," imbuhnya.