Jakarta, Gesuri.id - Di catatan Demokrasi yang diunggah di akun Youtube Indonesia Lawyers Club pada Selasa (25/6), Politisi PDI Perjuangan Ahmad Basarah mengatakan bahwa Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri mengingatkan kepada pendukung Prabowo untuk tidak mengganggu hubungan baiknya dengan Prabowo Subianto.
"Bu Mega pernah mengatakan, dan mengingatkan kepada pada pendukung Pak Prabowo, jangan sampai menganggu hubungan baik saya dengan Pak Prabowo," ujar Ahmad Basarah menirukan ucapan Mega, seperti dilansir dari jateng.tribunwes.com, Rabu (26/6).
Baca: Bantah Rencana PA 212, Basarah Ungkap Sejarah Halalbihalal
Ahmad Basarah lebih lanjut mengatakan bahwa situasi pilpres 2019 ini mirip dengan pilres 2014.
"Situasinya sama, pertemuan Pak Jokowi dan Pak Prabowo pasca keputusan MK," ujar Ahmad Basarah.
Ahmad Basarah mengatakan bahwa setelah itu semua partai menerima hingga PPP, PAN, Golkar bergabung ke koalisi Jokowi. Sementara Gerindra memilih menjadi oposisi dan di luar pemerintahan.
Basarah juga mengingatkan bahwa pemilu tahun 2009, PDI Perjuangan mengalami kekalahan dan memilih untuk berperan di luar jalur pemerintahan.
"Dulu di tahun 2009, begitu kalah pilpres, kami tidak menggalau koalisi oposisi, kami di luar pemerintahan, dan menjalankan fungsi pengawasan dan pemerintahan berjalan normal," ujarnya.
Tampak Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang juga menjadi narasumber acara tersebut terlihat mengangguk-anggukkan kepala.
Basarah juga mengatakan tidak melihat suasana psikologis tidak terlalu dramatis.
Ia mengungkapkan bahwa situasi yang lebih parah dari pilpres pernah dialami Indonesia.
"Situasi lebih sulit pernah kita hadapi bersama-sama," ujarnya.
"Saya melihat, kalau parameternya figur atau tokoh-tokoh, saya tidak melihat pembelahan atau konflik yang sangat tajam di kontestasi pilpres ini," ujarnya.
Ahmad Basarah mengutip pernyataan Jokowi bahwa Jokowi akan tetap menjaga silaturahmi dengan Prabowo.
"Di akhir debat yang diselenggarakan KPU, Pak Jokowi mengatakan bahwa apapun yang terjadi di pilpres 2019, Pak Prabowo akan tetap menjadi sahabat saya dan saya kana tetap menjaga silaturahmi," ujar Ahmad Basarah.
Untuk itu ia yakin Prabowo dan Jokowi akan bertemu pada waktunya.
Pemilu Presiden atau Pilpres 2019 yang yang berlangsung panas diperkirakan akan segera berakhir.
Sidang sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK) diharapkan menjadi pijakan terakhir dari rangkaian proses panjang.
Dua kubu yang bersaing, yaitu Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, diharapkan banyak pihak untuk segera berdamai setelah putusan MK dibacakan.
Perdamaian di antara keduanya begitu dinanti untuk menyatukan akar rumput yang sebelumnya sempat tersekat perbedaan pilihan politik. Upaya rekonsiliasi terus diusahakan oleh berbagai pihak.
Para elite yang menjadi kunci pun harus bersedia berdamai demi kepentingan bangsa.
Namun, rekonsiliasi seperti apa yang akhirnya akan menyatukan dua kubu berseberangan ini, masih menjadi pertanyaan. Akad apa yang akan disepakati hingga akhirnya “damai” terwujud.
Baca: Sidang Gugatan Pilpres, MK Tunjukkan Profesionalitasnya
Salah satu kesepakatan yang mungkin diambil adalah adanya pembagian jatah kursi, baik di jajaran kabinet, atau pimpinan badan legislatif.
Dengan begini kedua belah pihak, baik dari koalisi petahana maupun oposisi, akan mendapatkan jatah sesuai kesepakatan.
Kemungkinan ini disampaikan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Asrul Sani.
"Kalau kita bicara rekonsiliasi yang ujungnya pasti kesepakatan, kesepakatan itu bisa macam-macam. Mulai dari soal katakanlah kabinet, komposisi di pimpinan DPR MPR dan AKD-nya, itu akan lebih mudah karena kita sudah tidak marah-marahan," ujar Arsul, Senin (24/6).