Jakarta, Gesuri.id - Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Nomor Urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, menjanjikan 10 juta hunian untuk masyarakat Indonesia.
Program pembangunan 10 juta unit hunian untuk masyarakat Indonesia ini merupakan salah satu janji dalam visi dan misi pasangan Ganjar-Mahfud jika terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029.
Hal ini kembali ditegaskan oleh Mahfud MD dalam Debat Cawapres yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jumat (22/12/2023).
"Saudara-saudara seluruh bangsa Indonesia, kami Ganjar-Mahfud ingin memastikan untuk penyelenggaraan negara bersih melalui penegakan hukum tanpa pandang bulu Ga-Ma menyiapkan 21 program unggulan senilai Rp 2.500 triliun selama 5 tahun," tegas Mahfud MD, dikutip detikcom pada Rabu (27/12/2023).
"10 juta hunian, punya rumah semudah punya motor," tambahnya.
Program perumahan yang diusung oleh pasangan Ganjar-Mahfud ini bernama Rumah Kita-10 juta hunian. Program ini akan berupa pembangunan hunian baru atau renovasi pada setiap jenis rumah, mulai dari rumah sederhana, rusunami, dan rusunawa. Rumah-rumah ini nantinya akan dibangun di lahan yang strategis serta terjangkau dari pusat perekonomian dan transportasi umum.
Sasaran program ini sendiri adalah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), pekerja sektor informal, buruh, dan anak muda. Skema pembiayaannya yang mudah dan murah, bahkan diklaim akan semudah membeli motor oleh pasangan capres-cawapres nomor urut 3 ini.
Selain itu, mereka juga menjanjikan program Kampung Sehat. Program ini berfokus untuk memperbaiki kampung kumuh di desa dan kota dengan hunian layak, sanitasi sehat, air minum dan air bersih, fasilitas umum dan sosial memadai, serta ruang terbuka hijau yang cukup.
Meninjau dari data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, backlog perumahan Indonesia saat ini mencapai hingga 12,7 juta. Jika dirinci, backlog perumahan di perkotaan sebesar 10 juta, sedangkan di pedesaan sebesar 2,7 juta.
Angka backlog ini sulit turun dan bahkan tidak banyak berubah selama satu dekade terakhir. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan imbas pertambahan penduduk di saat lahan semakin terbatas dan suku bunga kredit kepemilikan rumah semakin mahal.
Dalam satu dekade terakhir, angka backlog hanya turun tipis dari sebelumnya sebesar 13,5 juta. Pemerintah sendiri menargetkan backlog kepemilikan rumah akan menurun hingga menjadi 8 juta pada 2045 mendatang.