Jakarta, Gesuri.id,- Anggota Komisi I DPR RI Mayjen TNI (purn) TB Hasanuddin mengomentari pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid yang menyebut kunci untuk memenangi pemilihan presiden (pilpres) di Indonesia saat ini adalah Islam dan Jawa.
Hasanuddin menilai pernyataan Jazilul Fawaid tak sesuai dengan dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
Baca: Masinton: Gerakan Rumah Ganjar Bukan Urusan Partai
"Realitanya memang seperti ini tapi memang tak sesuai dengan dasar negara Pancasila dan UUD 1945. Dalam undang-undang tidak ada satu kata pun yang menyebut presiden harus dari suku Jawa. Sepertinya tak ikhlas, masih berorientasi pada kekuatan mayoritas," cetus Hasanuddin kepada awal media, Jumat (30/9).
Politisi PDI Perjuangan ini menilai persoalan tentang perbedaan agama, suku, dan bahasa, dalam memilih calon presiden di Indonesia adalah hal yang tidak relevan.
Ia menegaskan Indonesia adalah negara yang didirikan atas kesepakatan untuk bersatu di atas perbedaan etnis, bahasa, budaya, serta agama.
"Jangan sampai agama dan etnis dipolitisasi untuk kepentingan politik tertentu. Kalau terus digembar-gemborkan malah mirip politik identitas," cetusnya.
Hasanuddin berharap seseorang yang menjadi Presiden siapapun dia dan dari manapun asalnya haruslah orang yang tepat dan mampu
memajukan negara ini dan mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi.
Sehingga, imbuhnya, bangsa ini menjadi bangsa yang disegani di dunia internasional.
"Saya berharap bangsa Indonesia lebih dewasa dalam menentukan calon pemimpin, siapapun dia dari manapun asalnya," tegasnya.
Baca: TB Hasanuddin Pertanyakan Revisi Syarat Tinggi Badan Taruna
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid menyebut kunci untuk memenangi pemilihan presiden (pilpres) di Indonesia saat ini adalah Islam dan Jawa.
Menurut Jazilul, kesimpulan tersebut dihitung berdasarkan suara pemeluk agama Islam di Indonesia yang saat ini mencapai 86 persen. Sedangkan, pemilih dari etnis Jawa mencapai sekitar 40 persen.