Jakarta, Gesuri.id - Bacaleg DPR RI PDI Perjuangan Jawa Timur III/Ketua Umum Ganjarian Spartan, Mohamad Guntur Romli mencatat peristiwa "kawin paksa" antara Anies dan Muhaimin berdampak pada kekisruhan baik di Kubu Prabowo dan Kubu Anies.
Baca Soal Anies-Muhaimin, Said: Kerjasama Politik Berdasarkan Politik "Dagang Sapi" Tidak Kokoh
Muhaminin dan PKB merasa "dikhianati" dan "disepelekan" oleh Prabowo padahal sudah lama membangun koalisi bersama di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Sedangkan AHY dan Demokrat merasa dikhianati Anies dan Nasdem, padahal AHY sudah mendapatkan "surat cinta" dari Anies terkait Cawapres tanggal 25 Agustus 2023, tapi di penghujung bulan Agustus, tiba-tiba Muhaimin ditetapkan sebagai Cawapres Anies secara sepihak.
Kekecewaan Demokrat ini disusul dengan penurunan semua atribut Demokrat yang ada foto Aniesnya secara serentak di mana-mana.
"Posisi kubu Ganjar berada di tengah, solid, tidak terlibat dalam dansa-dansa politik," ujarnya.
Menurut Romli, karena kerjasama antar parpol semestinya berdasarkan kedaulatan masing-masing parpol yang mempertimbangkan kepentingan strategis tiap parpol, serta melihat aspek historis, ideologis dan kesamaan agenda-agenda nasional yang menjadi prioritas dalam penentuan capres-cawapres.
Untuk itu, lanjutnya, Kubu Ganjar tetap membuka komunikasi dengan pihak manapun meski tak harus selalu bersama membangun kerjasama politik. Dan kerjasama politik harus berdasarkan kepentingan rakyat di atas segala-galanya bukan koalisi berdasarkan politik "dagang sapi" dan obral janji bagi-bagi jabatan.
Baca Romli: Prestasi Ganjar Bangun SMK Gratis, Prabowo Rajin Belanja Produk Bekas Luar Negeri
"Ganjar bersama PDI Perjuangan, PPP, Perindo, Hanura dan para relawan terus bergerak ke rakyat, menyerap aspirasi dan merawat akar rumput, tidak terlibat dengan dansa-dansa elit-elit politik," pungkasnya.
kontributor Yogen Sogen
