Jakarta, Gesuri.id - Calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD telah meluncurkan program andalan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Sakti. Melalui KTP Sakti negara akan memetakan seluruh kebutuhan masyarakat.
Sekretaris Eksekutif Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Heru Dewanto menjelaskan, program KTP Sakti ini diluncurkan karena permasalahan data yang sudah sangat akut di Indonesia.
"Kalau dari kami memang kami mulai dari data, karena data ini memang masalah yang menurut saya salah satu masalah terbesar di Indonesia ini adalah masalah data," kata Heru dalam program Your Money Your Vote CNBC Indonesia, Rabu (27/12/2023) malam.
Oleh sebab itu, melalui program KTP Sakti itu, target pemerintahan Ganjar-Mahfud adalah menciptakan pendataan masyarakat yang lebih transparan, jelas, dan mudah diperoleh, karena sumber data satu, yakni berasal dari identitas penduduk.
"Kita jadikan satu data, karena itu tadi kami sampaikan KTP Sakti dasarnya pendataan yang sangat akurat yang bisa dengan tepat bisa petakan siapa-siapa saja yang harus dapatkan apa," ucap Heru.
Melalui KTP Sakti, masyarakat menurutnya akan lebih mudah dipetakan kebutuhannya, apakah membutuhkan bantuan kesehatan, pendidikan, program keluarga sejahtera, atau bantuan sosial lainnya. Selain itu, juga bisa terdata keluarga yang berpotensi keluar dari jebakan kemiskinan.
"Jadi hitungan kami Rp 43 triliun setahun kami alokasikan untuk angkat keluarga miskin ini yang mana salah satu anggota keluarganya memang punya potensi menjadi sarjana. Dari situ kita seleksi dengan tahapan tertentu, pelan-pelan ini semua enggak langsung selesai," tutur Heru.
Ia menekankan, program ini tentu tidak bisa langsung menyelesaikan masalah kemiskinan di tengah-tengah masyarakat, melainkan akan dibuat pentahapan yang jelas. Selain itu, masyarakat yang anaknya akan didik untuk menjadi sarjana juga akan banyak diarahkan sebagai insinyur melalui KTP Sakti.
"Agar bisa kembangkan mesin-mesin produksi kita terutama di sektor industri-hilirisasi semua sepakat kita itu butuh banyak insinyur-insinyur baru dan skill-skill baru masuk transisi energi, ekonomi biru," tegasnya.